KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan
fintech peer to peer (P2P)
lending menyambut baik adanya rencana data
fintech lending bakal masuk ke dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Perlu diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sedang melakukan penyempurnaan terhadap POJK Nomor 18/POJK.03/2017 tentang Pelaporan dan Permintaan Informasi Debitur Melalui Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Penyempurnaan aturan itu akan mewajibkan penyelenggara
fintech peer to peer (P2P)
lending untuk menjadi pelapor SLIK. Artinya, data
fintech lending akan masuk SLIK. Mengenai rencana aturan tersebut, perusahaan
fintech lending BantuSaku menilai adanya penyempurnaan aturan itu akan berdampak positif juga bagi industri. Direktur Utama BantuSaku Arnoldyth Rodes Medo menilai inovasi tersebut bisa menjadi salah satu cara untuk memperbaiki kesehatan pinjaman bagi
fintech lending. "Sebab, dengan data peminjam masuk data SLIK, akan memberikan penilaian tambahan bagi fintech dalam menentukan penyaluran pinjaman," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Jumat (17/5).
Baca Juga: OJK Tak Larang Pembiayaan Fintech Lending ke Sektor Pendidikan Arnoldyth mengatakan fintech hanya akan melakukan penyaluran pinjaman kepada calon peminjam dengan historis pinjaman yang baik untuk meminimalisir gagal bayar dari peminjam. Selain itu, cara tersebut juga memberikan peringatan bagi calon
borrower dan
borrower existing untuk lebih peduli dengan pinjaman yang dilakukan untuk tetap menjaga skor kredit tetap lancar. Menurutnya, dengan adanya aturan data
fintech lending masuk SLIK, diharapkan dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung turunnya angka tingkat wanprestasi atau TWP90 industri. Namun, Arnoldyth menyampaikan tentunya para pelaku usaha tidak dapat sepenuhnya bergantung pada cara itu saja untuk menurunkan angka TWP90. Dia menerangkan pelaku industri dapat meningkatkan mitigasi risiko yang dilakukan secara internal, baik dengan bekerja sama dengan pihak ketiga yang kredibel. "Selain itu, meningkatkan batasan nilai pengguna yang dapat melakukan pinjaman untuk mencegah meningkatnya angka TWP90," katanya.
Baca Juga: Modalku Sebut Penurunan Bunga Tak Berdampak Signifikan ke Bisnis Perusahaan Lebih lanjut, Arnoldyth bilang BantuSaku juga harus
prudent dalam proses
user acquisition dengan terus memperhatikan kelayakan dan kemampuan calon
borrower untuk memenuhi kewajiban pembayaran pendanaan. Adapun hal yang perlu diperhatikan, yaitu watak (
character) dan kemampuan membayar kembali (
repayment capacity). "
Fintech lending juga dapat memperhatikan aspek lainnya, seperti modal, prospek ekonomi, atau objek jaminan (
collateral) apabila ada," ungkap dia. Selain meningkatkan mitigasi risiko, Arnoldyth menyebut perlu adanya
update teknologi, yaitu terus mengembangkan
machine learning yang andal pada proses
user acquisition. Dia bilang pelaku usaha juga perlu untuk melakukan penilaian kembali untuk
borrower existing secara berkala guna mengetahui
credit scoring terbaru pada
borrower tersebut. "Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya pemberian kredit yang berlebihan secara bersamaan dari beberapa pelaku usaha sejenis yang dapat menyebabkan risiko gagal bayar tinggi," katanya. Berdasarkan situs resmi perusahaan, tingkat TWP90 BantuSaku berada di angka 0%. Adapun nilai penyaluran pinjaman tahun ini sebesar Rp 3,77 triliun.
Baca Juga: Ini Respons AFPI Soal Data Fintech P2P Lending Bakal Masuk SLIK Sementara itu, PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran juga menyambut baik adanya rencana tersebut. CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan SLIK bisa membantu perusahaan
fintech dan industri keuangan secara umum. Untuk
fintech lending, dia bilang perusahaan bisa melihat data
credit history real time calon
borrower di semua lembaga keuangan. "Dengan demikian, kalau mereka gagal bayar, mereka tidak bisa pinjam di tempat lain. Jadi, hal itu menjadi hukuman bagi mereka kalau tidak bayar," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (17/5).
Dari sisi industri keuangan secara umum, Ivan menyebut perusahaan juga bisa melihat kalau calon
borrower mereka, sudah punya pinjaman di
fintech lending atau tidak. Jadi, bisa masuk ke penilaian mereka juga dan bisa mengetahui kalau si
borrower sudah pinjam terlalu banyak atau tidak. Dari sisi
borrower juga bisa bagus dampaknya, dia menerangkan kalau mereka awalnya meminjam di
fintech lending, mereka bisa membangun
track record peminjaman yang baik. Dengan demikian, mereka yang mau pinjam ke perbankan bisa terlihat
track record baik tersebut dan mereka juga menjadi lebih
bankable. Adapun penyaluran Akseleran sampai akhir April tercatat hampir Rp 1 triliun, sedangkan angka TWP90 perusahaan saat ini berada di level 0,21%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati