Data Inflasi AS Bakal Menyetir Pergerakan Rupiah pada Kamis (14/9) Hari Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (14/9) akan bergantung pada data inflasi AS terbaru. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, data tersebut dapat menentukan arah kebijakan The Fed pada pertemuan minggu depan.

Konsensus memperkirakan, inflasi inti AS yang tidak memperhitungkan harga pangan dan energi yang fluktuatif akan turun menjadi 4,3% secara tahunan pada bulan Agustus 2023. Angka ini lebih rendah dari inflasi inti bulan sebelumnya yang sebesar 4,7%.

Para pejabat The Fed telah memberi isyarat bahwa mereka dapat berhenti sejenak dalam menaikkan suku bunganya sambil menilai kemajuan sejauh ini. "Namun inflasi yang masih bertahan dapat menunjukkan kemungkinan kenaikan lebih lanjut sebelum tahun ini berakhir," tutur Ibrahim, Rabu (13/9). 


Bernada serupa, Analis Mata Uang Lukman Leong juga melihat, pergerakan rupiah akan tergantung pada hasil dari data inflasi AS. Dengan absennya data dari China maupun domestik, maka fokus investor hanya pada data inflasi AS. 

Baca Juga: Lesu, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.370 Per Dolar AS Pada Hari Ini (13/9)

"Apabila inflasi di AS naik sesuai dengan perkiraan, maka dolar AS akan melanjutkan penguatan dan rupiah kembali melemah," ucap Lukman.

Lebih lanjut, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed hingga akhir tahun telah meningkat hingga di atas 40% dibandingkan dengan sebulan lalu yang hanya 25%.

Lukman memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.300-Rp 15.450 per dolar AS pada perdagangan Kamis (14/9). Sementara prediksi Ibrahim, mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.350-Rp 15.450.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot melemah 0,19% ke level Rp 15.370 per dolar AS pada Rabu (13/9). Menurut kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI, nilai tukar rupiah berada di angka Rp 15.367, melemah dari Rp 15.344 pada hari perdagangan sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi