Data inflasi AS melandai, rupiah tertahan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilau tukar rupiah berpotensi masih akan melemah selama belum ada sentimen positif baru yang mempengaruhi. Sementara, ekspektasi pelaku pasar bahwa AS akan melakukan tapering off lebih cepat cenderung membuat rupiah melemah.

Mengutip Bloomberg, Kamis (12/8), rupiah di pasar spot ditutup stagnan di Rp 14.383 per dollar AS. 

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan rupiah bergerak stagnan karena data inflasi AS periode Juli dirilis 0,3% lebih rendah dari proyeksi pelaku pasar sebesar 0,4% dan data di bulan lalu yang sebesar 0,9%.


Artinya, inflasi AS yang sempat tumbuh tinggi di Juni hanya sementara atau dapat dikatakan penguatan inflasi AS masih fluktuatif.

Baca Juga: Rupiah Jisdor menguat tipis ke Rp 14.389 per dolar AS pada Kamis (12/8)

Namun, meski pertumbuhan inflasi AS masih labil, Nanang mengatakan rencana pertambahan paket stimulus infrastruktur AS mengindikasikan bahwa pemulihan ekonomi AS masih digenjot dan membuat yield obligasi AS dan membuat indeks dollar AS menguat. Apalagi, data tenaga kerja AS berhasil membaik.

Faktor tersebut semakin membuka harapan bahwa The Fed bisa melakukan tapering off lebih cepat. Dampaknya, nilai tukar rupiah masih sulit untuk menguat. Sementara, dari dalam negeri, rupiah masih ditekan oleh kekhawatiran pandemi Covid-19 yang kini justru meluas di luar daerah Jawa dan Bali.

Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan belum ada sentimen yang dominan yang dapat menguatkan nilai tukar rupiah di perdagangan Jumat (13/8). Sementara, penyebaran Covid-19 di dalam negeri masih tinggi dan perpanjangan PPKM masih terus dilakukan.

David memproyeksikan rupiah berpotensi melemah tipis dan berpotensi terbantu oleh devisa ekspor periode Juli. Rentang dari David di Rp 14.350-Rp 14.400. Sementara, Nanang, memproyeksikan rupiah masih akan melemah di perdagangan Jumat (13/8), pada rentang Rp 14.370-Rp 14.390.

Selanjutnya: Rupiah ditutup stabil di level Rp 14.383 per dolar AS pada hari ini (12/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi