Data inflasi dan cadev bisa mengurangi tekanan rupiah pekan depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen eksternal dinilai masih bisa mempengaruhi pergerakan rupiah sepanjang pekan depan. Namun, potensi pelemahan rupiah masih bisa ditahan mengingat ada sejumlah data ekonomi Indonesia yang akan dirilis awal September.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri menjelaskan, awal pekan depan akan dirilis data inflasi Indonesia bulan Agustus. Sedangkan di pengujung pekan akan dirilis data cadangan devisa. Jika kedua data tersebut menunjukkan hasil yang positif, tekanan terhadap rupiah bisa mereda.

Namun, hal itu lagi-lagi bergantung pada kondisi secara global. Sebab, di pekan yang sama, AS juga akan merilis sejumlah data ekonomi seperti data non-farm payroll dan tingkat pengangguran. Hasil data tersebut dinilai bisa mempengaruhi outlook perekonomian AS yang berujung pada penguatan dollar AS.


“Para pelaku pasar juga perlu mewaspadai kembali ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS karena pekan depan sudah bulan September,” sambung Reny. Menurutnya, rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 14.650—Rp 14.815 per dollar AS sepanjang pekan depan.

Sebagai informasi, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,20% ke level Rp 14.710 per dollar AS. Adapun dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 0,41% terhadap dollar AS. Kurs tengah rupiah di Bank Indonesia juga melemah 0,38% ke level Rp 14.711 pada hari ini. Dalam satu pekan terakhir, rupiah telah terkoreksi 0,69%.

Reny berpendapat, pelemahan rupiah sebagian besar disebabkan oleh dampak peningkatan tensi perang dagang AS-China. Konflik tersebut membuat mata uang negara-negara emerging market terkoreksi. Beberapa di antaranya mengalami pelemahan yang cukup parah, seperti peso Argentina dan lira Turki.

“Pelemahan signifikan pada sebagian kurs negara emerging market menimbulkan efek menular yang dirasakan rupiah,” kata Reny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati