Data inflasi terhitung, permintaan sukuk naik



JAKARTA. Rilis data inflasi dan neraca perdagangan awal pekan ini berdampak positif terhadap lelang sukuk negara. Pemerintah mengambil dana senilai Rp 1,1 triliun dari lelang surat berharga negara syariah, yang berlangsung Selasa (4/9). Angka itu lebih tinggi daripada target awal, yaitu Rp 500 miliar.

Tawaran penempatan dana ke lima seri sukuk yang dilelang senilai Rp 1,98 triliun. Pemerintah hanya memenangkan tiga seri sukuk. Masing-masing PBS001, yang jatuh tempo 15 Februari 2018 sebanyak Rp 660 miliar. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan berada di level tengah yaitu 6%. Kedua, PBS002 dengan yield rata-rata 6,32%. Sukuk jatuh tempo 15 Januari 2022 itu, dimenangkan Rp 193 miliar. Ketiga, PBS004 yang jatuh tempo 15 Februari 2037, dimenangkan Rp 250 miliar dengan yield tertimbang 6,78%.

Ariawan, analis Fixed Income Sucorinvest, mengatakan, rilis data inflasi dan neraca perdagangan yang positif menggerakkan lelang kemarin. "Kepercayaan pasar berangsur membaik dan minat mengikuti lelang juga naik," tutur dia.


Peminat lelang, menurut Ariawan, berasal dari dalam dan luar negeri. "Investor asing lebih tertarik dengan sukuk tenor panjang, sedang domestik cenderung memilih tenor pendek," tutur dia.

Nurul Eti Nurbaeti, Kepala Analis Bagian Treasury BNI, menilai, faktor eksternal ikut mempengaruhi minat pemodal. "Apalagi, yield yang ditawarkan masih masuk hitungan pemerintah," kata dia.

Di lelang berikutnya, menurut Nurul, investor masih menunggu hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia, 13 September. "Hasil rapat itu akan menentukan penyerapan lelang," kata dia. Sentimen global, menurut Ariawan, masih berperan. Tapi, kondisi ekonomi Indonesia yang positif, bisa menangkalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana