Data penjualan ritel melemahkan dollar AS



JAKARTA. Dollar AS kembali melemah. Data penjualan ritel yang memburuk melemahkan dollar AS. Para analis menduga hari ini rupiah masih cenderung melemah.

Dollar AS melemah dalam tiga hari dibandingkan mata uang euro setelah data retail sales melemah dan tidak sesuai harapan pasar. Hal tersebut menimbulkan spekulasi bahwa The Fed akan kembali menggelontorkan stimulus lanjutan.

Joseph Capurso, Strategist Commonwealth Bank Australia, mengatakan, ada kesempatan bagi Bernanke memberikan stimulus. “Ada resiko The Fed akan memberikan pelonggaran kebijakan sebelum akhir tahun ini,” kata dia seperti dikutip Bloomberg.


Itu membuat dollar AS melemah terhadap pasangannya. Sampai pukul 17.48 WIB, EUR/USD menguat 0,13% ke 1,2287. Sementara, AUD/USD menguat 0,39% ke 1,0286.

Analis BNI, Klara Pramesti mengatakan, euro masih menguat dibandingkan. Data retail sales menguatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang sedang lesu. Meski begitu, dollar AS masih bisa diuntungkan dengan sentimen negatif yang masih menggelayuti zona Eropa.

Diantaranya, Jerman tidak akan memberi suara pada European Continental mengenai masalah bailout. Selain itu, hasil pertemuan KTT Eropa tidak terealisasi membuat pasar cemas akan melemahkan euro.

Analis Askap Futures, Suluh Adil Wicaksono, menambahkan, dollar AS cenderung melemah terhadap yen. Meski begitu masih ada potensi penguatan dollar AS. Karena Bank of Japan memberi sinyal akan menyalurkan stimulus. Namun untuk sementara data penjualan ritel AS yang buruk menjadi sentimen positif bagi penguatan yen Jepang.

Pendapat, Analis Monex Investindo Futures, Albertus Christian, penguatan dollar AS yang terjadi juga didukung dengan komentar Perdana Menteri China Wen Jiabao yang mengutarakan juga akan memberi stimulus. Tak heran, mata uang utama lainnya seperti dollar Australia dan euro menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana