Data Perekonomian Memburuk, Harga Minyak Tergebuk



WELLINGTON. Sejumlah prediksi menunjukkan bahwa pertumbuhan perkonomian global bakal terhuyung-huyung. Tak pelak, hal ini menggiring permintaan minyak kian menyusut dan harga minyak mentah di New York semakin terkikis. Akhir minggu lalu International Energy Agency mengatakan bahwa permintaan minyak dunia secara global akan menipis 0,6% menjadi 85,3 juta barel per hari tahun ini, penurunan pertama dalam dua tahun ini sejak 1983. Laporan yang akan dirilis oleh pemerintah AS minggu ini kemungkinan akan menunjukkan data properti tahunan yang anjlok di level yang paling mini sejak 1959. Perkiraan ini muncul dari sejumlah ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. "Pemberitaan tentang perekonomian dalam jangka pendek ini dan juga data-data lain yang muncul akan menyisakan kabar yang menunjukkan perlemahan yang sangat ekstrim. Kondisi ini akan terus menguji sentimen di pasar energi dan logam," kata David Moore, Commodity Strategist untuk Commonwealth Bank of Australia Ltd. di Sydney. Harga minyak untuk pengiriman Februari terkikis 60 sen atau 1,6% menjadi US$ 35,91 per barel di New York Mercantile Exchange, dan diperdagangkan di level US$ 36,22 pad apukul 9:47 waktu Singapura. Hari ini, tidak ada perdagangan minyak di New York karena AS tengah merayakan libur Martin Luther King Day. Kontrak minyak mentah, yang akan habis besok, mumbul 3,1% menjadi US$ 36,51 pada 16 Januari 2009. Sementara itu kontrak minyak yang diperdagangkan lebih aktif di bulan Maret anjlok 27 sen menjadi US$ 42,30. Minyak dunia sempat tergerus 11% minggu lalu karena persediaan di AS menggelembung dan OPEC memprediksikan adanya penurunan permintaan. Tahun ini, futures minyak mentah telah turun 19% setelah terjerembap 54% tahun lalu. Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Maret merosot 62 sen atau 1,3% menjadi US$ 45,95 per barel. Kontrak minyak telah menciut 2,3% di ICE Futures Europe exchange London pada 16 Januari 2009. Margin antara pengiriman minyak di Nymex pada bulan Februari dan kontrak minyak pada bulan Maret sebesar US$ 5,95, dan telah menyentuh US$ 8,14 pada 15 Januari lalu. Sedangkan spread antara kontrak Januari dan Februari sebesar US$ 8,49 pada 19 Desember 2008. Minggu lalu, harga minyak untuk pengiriman Juni berkisar US$ 51,35 per barel. Harga minyak yang naik tajam menggiring investor untuk membeli dan menyimpan minyaknya, sehingga akan menggelembungkan persediaan. Moore menegaskan, lemahnya data perekonomian selama dua minggu terakhir ini akan membuat harga minyak mentah di bulan Maret berada di tekanan yang sama. Saudi Arabia, produsen minyak terbesar di kelompok OPEC, berencana untuk mengurangi produksinya lebih besar lagi di bulan Februari. Sejumlah menteri bakalan menyetujui rencana pemangkasan kembali produksi minyak dunia pada pertemuan OPEC 15 Maret 2009 nanti jika harga minyak terus-terusan terkikis. Akhir pekan lalu, Menteri Perminyakan Algeria Chakib Khelil mengatakan hal tersebut.


Editor: