Data surplus perdagangan bikin BI lebih nyaman



JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan nilai ekspor dan impor atau neraca perdagangan pada Februari lalu surplus sebesar US$ 1,32 miliar.

BPS mencatat, nilai ekspor Indonesia Februari 2017 sebesar US$ 12,57 miliar. Ekspor Februari 2017 turun 6,17% dibanding Januari 2016, namun naik 11,16% dibandingkan Februari 2016. Sementara, untuk impor terjadi penurunan sebesar 5,96% menjadi US$ 11,26 miliar pada Februari lalu dibandingkan bulan sebelumnya.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan, jika dilihat dari pertumbuhan ekspor yang melambat, angka yang dicatat oleh BPS sesuai dengan ekspektasinya, tetapi tidak terlampau buruk sehingga surplus masih besar.


In sum, datanya cukup bagus, ini dampak ke nilai tukar rupiah bisa positif, tambah likuiditas dollar ketika The Fed mau tightening,” katanya, Rabu (15/3).

Dengan demikian, menurut Rangga, Bank Indonesia (BI) juga bisa lebih nyaman untuk tidak menaikkan BI RR rate secara buru-buru, “Apalagi kalau spekulasi kenaikan rating S&P semakin santer. Inflow ke bond market bisa tambah suplai dollar,” ucapnya

Menurut Rangga, perlambatan yang terjadi pada awal tahun ini terjadi karena momentum kenaikan harga komoditas mulai jenuh. Hal ini pun bisa jadi tidak terlepas dari pengaruh ekspor Freeport yang disetop.

Ia menilai, impor non migas yang juga melambat mungkin pertanda permintaan domestik tidak terlalu kuat di kuartal I 2017. Impor non migas pada Februari 2017 tercatat sebesar US$ 8,83 miliar atau turun 12,93% dari bulan sebelumnya “Yang naik banyak itu impor migasnya, pengaruh kenaikan harga minyak. Bahkan defisit neraca migas naik dua kali lipat,” kata dia.

Impor migas tercatat sebesar US$ 2,43 miliar, atau naik 32,71% secara month to month. Dibandingkan periode yang sama tahu lalu, kenaikannya adalah sebesar 116,04%.

Ke depan, Rangga memperkirakan, ekspor komoditas masih akan kuat, tetapi tidak akan tambah cepat karena harga komoditas belum naik tajam. “Turunnya harga minyak beberapa hari ini pangkas impor minyak jadi defisit migas bisa agak turun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini