Data tenaga kerja AS akan mendorong nilai rupiah



Jakarta. Data sektor tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang buruk di akhir pekan ini bisa jadi suntikan bagi rupiah untuk melambung tinggi. Terutama jika mengingat fundamental rupiah yang masih positif.

Di pasar spot, Jumat (2/8) nilai tukar rupiah terangkat 0,16% di level Rp 13.247 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah menguat tipis 0,06% ke level Rp 13.261 per dollar AS.

Resti Afiadinie, Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk, mengatakan jelas pemicu utama kenaikan rupiah akhir pekan lalu karena terjadinya deflasi di Indonesia Agustus 2016 yang positif bagi rupiah.


Dukungan ditambah dengan antisipasi pasar terhadap jejeran data tenaga kerja AS yang sesaat membuat USD mengendur. Celah ini yang lantas dimanfaatkan rupiah untuk unggul.

Resti menduga Senin (5/8) potensi rupiah lanjutkan penguatan terbuka lebar. "Data sektor tenaga kerja AS yang buruk akan menghantam USD dan jadi sumber kekuatan rupiah," jelasnya.

Memang pada akhir lalu trio data sektor tenaga kerja AS mengecewakan. Mulai dari upah tenaga kerja yang turun dari 0,3% menjadi 0,1%, lalu tenaga kerja sektor non pertanian merosot jauh dari 275.000 menjadi 151.000 dan terakhir tingkat pengangguran stagnan di level 4,9%.

Artinya ini bisa menjegal harapan terjadinya kenaikan suku bunga The Fed pada FOMC September 2016 seperti yang diharapkan pelaku pasar. Sebagai informasi, data tenaga kerja ini merupakan salah satu indikator utama yang dipakai The Fed untuk menjadi ukuran kelayakan kenaikan suku bunga.

"Dengan fundamental kuat jelas ini jadi keuntungan bagi rupiah," tutup Resti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto