Data volume ekspor kopi diragukan



JAKARTA. Hingga Juli 2011, Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencatat kinerja positif ekspor kopi Indonesia. Nilai ekspor kopi pada tujuh bulan pertama tahun ini menanjak 92,2% mencapai US$ 570 juta. Penyumbangnya adalah kenaikan harga kopi maupun volume ekspor. Anehnya, asosiasi produsen kopi malah sangsi atas angka kenaikan volume itu.

Data Kemdag menyatakan, kenaikan harga kopi sampai Juli 2011 dibandingkan setahun sebelumnya mencapai 48,2%. Kenaikan volume ekspor kopi periode yang sama hanya sebesar 29,7%.

Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Suyanto Husein mengakui nilai ekspor kopi meningkat karena harga komoditas dunia memang terus bergerak naik. "Harga kopi Arabika yang tahun lalu hanya US$ 3,8 per kg, tahun ini menjadi US$ 8 per kg. Kopi robusta juga naik dari US$ 1.700 per ton menjadi US$ 2.400 per ton," ujarnya, Selasa(5/9).


Akan tetapi, Suyanto meragukan data kenaikan volume ekspor kopi. Volume ekspor sulit naik sebesar itu karena banyak kebun kopi yang sudah tua dan tidak diremajakan. Ia malah memprediksi volume ekspor kopi tahun ini akan merosot.

Seperti Suyanto, Ketua Forum Kopi Sumatra Utara, Sabam Malau, memperkirakan produksi kopi Indonesia bakal turun karena serangan hama penggerek buah kopi. "Kondisi di lapangan, 92% buah rusak karena hama. Dari 100 buah, 92 kosong karena serangan hama," jelasnya, kemarin.

Pilih pasar lokal

Selain itu, saat ini para eksportir melihat pasar lokal lebih menguntungkan ketimbang pasar ekspor. "Sekarang kebanyakan eksportir memilih untuk menjual di pasar lokal saja kalau memang tidak ada kewajiban kontrak untuk ekspor," jelas Sabam.

Ia bilang, ini lantaran nilai tukar rupiah yang terus menguat terhadap dollar AS. Apalagi, eksportir membeli kopi dari petani dalam mata uang rupiah. Sementara di pasar internasional, kopi diperdagangkan dengan dolar AS yang sedang melemah.

Kantor berita Bloomberg mengabarkan bahwa harga kopi robusta di Bursa Berjangka London merosot dalam tiga pekan terakhir. Harga kopi robusta untuk pengiriman November turun US$ 81 atau 3,6% menjadi US$ 2194 per ton. Harga ini terendah sejak 10 Agustus 2011.

Penurunan harga diperkirakan akibat spekulasi bahwa produksi kopi Vietnam akan meningkat 58,84% menjadi 22 juta kantong atau 1,32 juta ton biji kopi. International Coffee Organization mencatat, tahun lalu produksi kopi Vietnam hanya 13,85 juta kantong atau 831.000 ton biji kopi.

Produksi Vietnam memang naik tahun ini, tetapi kenaikan ini tidak bisa memenuhi kebutuhan dunia sehingga otomatis menekan harga. "Kebutuhan dunia itu setiap tahun naik 15%-20%, sementara kenaikan produksi dunia hanya 10%," kata Sabam.

Suyanto juga mengatakan panen ini akan mengoreksi harga kopi yang telah melejit sejak akhir tahun lalu. Tapi, koreksi hanya kecil dan bersifat sementara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini