JAKARTA. Daya beli konsumen diyakini bakal membaik tahun ini. Hal ini akan menjadi sentimen positif bagi emiten konsumer, termasuk pebisnis produk unggas. Salah satunya PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk (CPIN). Analis Ciptadana Securities Zabrina Raissa mengatakan, penjualan segmen broiler dan
day old chick (DOC) CPIN akan meningkat tahun ini, sehingga pendapatan juga akan naik. Sedangkan pendapatan dari segmen pakan ternak akan cenderung flat. "Perusahaan ini juga belum ada rencana menambah produksi pakan ternak tahun ini, karena kemungkinan permintaannya masih sama seperti tahun lalu," kata Zabrina.
Zabrina menambahkan, penjualan segmen broiler pada kuartal tiga 2016 meningkat menjadi Rp 4,4 triliun dari sebelumnya hanya Rp 29 miliar. Sementara pendapatan dari segmen DOC meningkat 26% dari Rp 2,3 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 2,6 triliun di 2016. Segmen produk olahan menghasilkan pendapatan Rp 2,62 triliun, naik 12% ketimbang periode sembilan bulan 2015. Jadi masing-masing segmen memberikan kontribusi sebesar 13%, 16% dan 9% ke total pendapatan, yang mencapai Rp 28,3 triliun. Zabrina memperkirakan, laba CPIN tahun ini akan tumbuh 25% menjadi Rp 4,3 triliun dari estimasi laba 2016 Rp 3,3 triliun. Sedangkan pendapatan CPIN berpeluang naik 7,5% menjadi Rp 41,3 triliun tahun ini dari estimasi tahun lalu yang sebesar Rp 38,3 triliun. Analis MNC Sekuritas Yosua Zisokhi mengatakan, peningkatan konsumsi ayam tahun ini tentu dapat mendongkrak kinerja CPIN. Ayam merupakan sumber protein yang murah, makanya peluang pasar produk ayam masih terbuka. "Volume penjualan ayam naik, permintaan pakan ternak pasti naik dari peternak-peternak lain," kata Yosua kepada KONTAN, Rabu (4/1). Yosua memperkirakan, rata-rata penjualan ayam secara nasional akan tumbuh 7%-10% tiap tahun. Jadi kemungkinan penjualan pakan ternak ayam CPIN akan sejalan dengan pertumbuhan industri. Begitu juga dengan harga jagung yang sudah dikontrol oleh pemerintah. Seharusnya, CPIN tidak khawatir lagi adanya lonjakan harga jagung. Untuk segmen penjualan ayam pedaging, Yosua memprediksi ada peningkatan harga jual pada tahun ini. Harga diprediksi naik ke rentang Rp 15.000–Rp 22.000 per ekor, dibandingkan dengan harga tahun lalu yang berada pada rentang Rp 14.000–Rp 19.000. Tapi CPIN harus mewaspadai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang bisa menambah rugi kurs. Efek kurs pada bahan baku impor kemungkinan tidak jadi masalah karena bisa dialihkan ke harga jual produk. "Dampak fluktuasi rupiah hanya ke beban utang perusahaan dalam dollar AS," kata Yosua. Analis Samuel Sekuritas Marlene Tanumihardja mengatakan, diversifikasi produk CPIN pada makanan dan minuman olahan juga diprediksi bakal positif, misalnya produk minuman
white tea bermerek Fiesta.
"Mengingat prospek bisnis minuman cerah di Indonesia, pasti bisa tumbuh," kata Marlene. Marlene memperkirakan, pendapatan CPIN tahun ini bisa tumbuh 15% dengan margin laba bersih 9,9%. Marlene merekomendasikan buy saham CPIN dengan target harga Rp 4.800 per saham. Yosua dan Zabrina juga merekomendasikan buy CPIN dengan target harga masing-masing Rp 4.300 per saham dan Rp 4.200 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie