KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini digadang-gadang sebagai tahun peningkatan daya beli masyarakat. Maklum, emiten konsumer, industri ritel dan otomotif telah melalui tahun 2017 yang cukup berat. Namun proyeksi tersebut belum sejalan dengan kinerja emiten di awal tahun ini. Pada kuartal I-2018, laba PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tergerus 6,21% menjadi Rp 1,84 triliun. Emiten lain yang juga terimbas persoalan daya beli adalah PT Astra International Tbk (ASII). Di kuartal pertama tahun ini, laba sektor otomotif ASII, turun 8% menjadi Rp 2,1 triliun. Padahal, sektor otomotif jadi tulang punggung ASII selama ini. Di tengah harapan tumbuhnya daya beli masyarakat tahun ini, hal tersebut tentu saja menjadi tamparan tersendiri. Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional, Harry Su bilang sejatinya kondisi ekonomi tahun ini belum sepenuhnya pulih. "Kalau lihat gini ratio memang turun, tapi jika dibedah lagi datanya, sebenarnya yang membuat penurunan ini adalah masyarakat dengan high-income turun karena harga komoditas sempat turun, sementara kelas menengah bawah tidak ada peningkatan dan masih lemah," ujar Harry, Rabu (25/4).
Daya beli bukan satu-satunya kambing hitam lemahnya kinerja emiten konsumer
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini digadang-gadang sebagai tahun peningkatan daya beli masyarakat. Maklum, emiten konsumer, industri ritel dan otomotif telah melalui tahun 2017 yang cukup berat. Namun proyeksi tersebut belum sejalan dengan kinerja emiten di awal tahun ini. Pada kuartal I-2018, laba PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tergerus 6,21% menjadi Rp 1,84 triliun. Emiten lain yang juga terimbas persoalan daya beli adalah PT Astra International Tbk (ASII). Di kuartal pertama tahun ini, laba sektor otomotif ASII, turun 8% menjadi Rp 2,1 triliun. Padahal, sektor otomotif jadi tulang punggung ASII selama ini. Di tengah harapan tumbuhnya daya beli masyarakat tahun ini, hal tersebut tentu saja menjadi tamparan tersendiri. Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional, Harry Su bilang sejatinya kondisi ekonomi tahun ini belum sepenuhnya pulih. "Kalau lihat gini ratio memang turun, tapi jika dibedah lagi datanya, sebenarnya yang membuat penurunan ini adalah masyarakat dengan high-income turun karena harga komoditas sempat turun, sementara kelas menengah bawah tidak ada peningkatan dan masih lemah," ujar Harry, Rabu (25/4).