Daya beli konsumen tertekan, terendah sejak 2004



JAKARTA. Inflasi nasional pada November 2016 mengalami peningkatan menjadi 3,58% year on year (YoY) dibanding bulan sebelumnya. Namun, inflasi inti justru mencatatkan penurunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi inti November 2016 sebesar 3,07% YoY, lebih rendah dibanding inflasi inti bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,08%. Walaupun inflasi inti bulanan November 2016 yang sebesar 0,15%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 0,1%.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, inflasi inti merupakan inflasi di luar inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices) dan harga yang bergejolak (volatile food). Inflasi inti lanjut dia, berasal dari 665 komoditas di antara 882 komoditas penyumbang inflasi.


"Inflasi inti 3,07% terendah sepanjang sejarah pencatatan inflasi inti sejak 2004. Ini kombinasi dari berbagai faktor termasuk kinerja ekspor impor yang relatif turun terus dibanding tahun lalu," kata Sasmito dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (1/12).

Lemahnya inflasi inti merupakan pertanda buruk. Inflasi inti menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat. Walhasil, belakangan ini daya beli konsumen sedang tertekan.

Ia berharap, inflasi inti bulan ini menjadi inflasi inti yang terendah dan akan meningkat pada Desember nanti walaupun kenaikannya tipis. Sebab menurutnya, Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan inflasi.

Sasmito bilang, adanya inflasi menandakan baiknya permintaan domestik. Asalkan lanjut dia, inflasi yang terjadi juga tidak tinggi. "Kalau enggak ada inflasi berarti demand-nya bermasalah, tetapi (inflasi) jangan tinggi-tinggi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto