Daya beli lesu, bisnis Kino turun 13% di Q3 2017



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) masih belum meraih pertumbuhan pendapatan sampai kuartal ketiga 2017 ini. Produsen produk perawatan tubuh ini memiliki lini bisnis consumer goods dan farmasi yang bisnisnya sangat terpengaruh oleh daya beli masyarakat.

“Sejak Lebaran sampai sekarang daya beli masyarakat masih lemah. Namun di 2018 kami percaya kondisi akan membaik,” ujar Peter Chayson, Direktur PT Kino Indonesia Tbk kepada Kontan.co.id, Kamis (16/11).

Mengintip laporan keuangan kuartal III-2017, pendapatan perseroan ini turun 13% menjadi Rp 2,34 triliun secara tahunan. Padahal di periode yang sama tahun lalu KINO mampu meraih penjualan senilai Rp 2,7 triliun.


Usaha KINO sebanyak 44% ditopang oleh produk perawatan tubuh (personal care) yang memberi kontribusi sebesar Rp 1,05 triliun di kuartal III-2017. Jumlah tersebut turun 16% dibandingkan kuartal III-2016 yang sebesar Rp 1,25 triliun.

Begitu pula dengan segmen makanan yang turun 29% menjadi Rp 365 miliar. Penjualan yang paling terpuruk berasal dari produk farmasi, meluncur 68% dari Rp 7 miliar menjadi Rp 2,2 miliar di kuartal ketiga tahun ini.

Satu-satunya pertumbuhan hanya berasal dari segmen minuman yang penjualannya Rp 923 miliar. Namun kenaikannya terbilang tipis, di bawah 1% jika dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun lalu, Rp 921 miliar.

Meski demikian perusahaan ini melakukan efisiensi dengan berkurangnya beban pokok penjualan 14%, dari Rp 1,59 triliun menjadi Rp 1,36 triliun. Namun hal tersebut tak cukup mengerek laba bersih yang anjlok 61% menjadi Rp 69 miliar. Sedangkan di kuartal III 2016 KINO memperoleh laba bersih Rp 178 miliar.

Lantaran pasar sedang lesu, perusahaan ini menargetkan pertumbuhan di tahun ini yang kurang lebih sama (flat) dengan tahun lalu. Oleh karenanya KINO perlu memaksimalkan strategi bisnisnya.

“Kami akan lakukan efisiensi besar-besaran di semua lini serta membentuk kerja sama atau strategic alliances dengan pelaku usaha lain,” terang Peter. Terbukti KINO cukup getol memodali anak usahanya dan melakukan beberapa usaha patungan.

“Selain itu kami akan meluncurkan produk produk baru yang inovatif untuk memenangkan kompetisi usaha,” kata Peter. Pada semester II tahun ini KINO telah menambah 20 stock keeping unit (SKU). Peter mengatakan, perusahaan akan terus menggenjot titik distribusi baik di dalam Jawa maupun luar Jawa.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini