KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa pembiayaan ke kategori usaha mikro dan kategori kecil kompak turun secara tahunan. Hal ini menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat. Untuk diketahui, pembiayaan multifinance untuk kategori usaha kecil pada Agustus 2024 sebesar Rp 64,03 triliun. Angka ini turun 1% secara
year-on-year (YoY) dibandingkan Rp 64,68 triliun pada Agustus 2023. Sedangkan untuk kategori usaha mikro sebesar Rp 51,08 triliun. Angka ini juga turun 3,94% secara YoY dibanding Rp 53,18 triliun pada Agustus 2023. Sedangkan per Agustus 2024, OJK mencatat pembiayaan multifinance terhadap usaha menengah mengalami penguatan, pembiayaan tercatat Rp 67,01 triliun lebih tinggi ketimbang Rp 49,25 triliun pada Agustus 2023. Ini membuat pembiayaan usaha menengah ke posisi kedua
outstanding terbesar di bawah pembiayaan usaha besar.
Lantas bagaimana dengan kondisi penyaluran pembiayaan untuk segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tiap perusahaan multifinance hingga saat ini?
Baca Juga: Celios Sebut Multifinance Enggan Salurkan Pembiayaan ke Segmen Mikro Kecil Menanggapi hal ini, perusahaan pembiayaan PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) menilai penurunan pembiayaan multifinance ke UMKM dimungkinkan selaras dengan kondisi makro seperti biaya kredit yang sebelumnya tinggi karena beban bunga. Namun, berbanding terbalik dengan kondisi industri, penyaluran pembiayaan kepada UMKM di CNAF mengalami kenaikan. "CNAF melihat ekspansi bisnis UMKM mulai membaik sampai dengan akhir triwulan III tahun 2024, dan optimistis akan berlanjut sampai dengan akhir tahun 2024," kata Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman, kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10) Ristiawan mengatakan bahwa sampai dengan September 2024, total penyaluran pembiayaan baru untuk segmen UMKM atau produktif di CNAF mencapai Rp 865 miliar atau tumbuh 167% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 324 miliar.
Baca Juga: Meski Ekonomi Lesu, WOM Finance Sebut Tren Penarikan Kendaraan Masih Aman Selain itu, dia melihat bahwa peluang akan penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM masih sangat luas. Di mana, prospek pembiayaan UMKM menjadi peluang bagi multifinance untuk mendorong dan memperluas pembiayaan meski masih dibutuhkan penguatan regulasi. "CNAF tetap konsisten mendukung pertumbuhan ekonomi khususnya di sektor UMKM," kata dia. Adapun sampai dengan bulan September tahun 2024, Ristiawan bilang,
Non Perfoming Loan (NPF) untuk penyaluran pembiayaan UMKM atau produktif di CNAF tercatat 0,14%, angka tersebut terbilang sangat kecil jika dilihat dari total aset kelolaan pembiayaan UMKM atau produktif yang mencapai Rp 1,51 triliun.
Baca Juga: Kredit Sepeda Motor Masih Menderu Walau Pasar Lesu Selaras dengan hal ini, perusahaan pembiayaan PT Mandiri Utama Finance (MUF) mengklaim tetap menunjukkan performa pembiayaan yang solid, khususnya di segmen UMKM di tengah tantangan ekonomi yang disebabkan oleh penurunan populasi kelas menengah dan pelemahan daya beli masyarakat. Direktur Mandiri Utama Finance, Rully Setiawan mengatakan kinerja MUF dalam pembiayaan sektor UMKM tetap tumbuh signifikan, meskipun tren pembiayaan di industri keuangan secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan. “Pembiayaan MUF untuk segmen UMKM melalui sektor produktif hingga September 2024, mencapai Rp 2,7 triliun. Angka ini tumbuh 22,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Rully kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10). Rully menilai bahwa penurunan pembiayaan di segmen usaha mikro di industri secara luas tak terlepas dari dinamika populasi kelas menengah Indonesia yang berkurang, serta melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini berdampak langsung pada permintaan akan pembiayaan, termasuk di sektor UMKM.
Baca Juga: Ekonomi Berat, Penarikan Kendaraan Ikut Meningkat Namun, dia mengatakan, pihaknya tetap optimistis bahwa kebijakan pemerintah untuk menstimulasi pembiayaan UMKM serta upaya meningkatkan daya beli masyarakat bisa menjadi katalis positif untuk memperbaiki situasi. "Kami memandang bahwa kinerja penyaluran pembiayaan untuk segmen UMKM dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya kebijakan pemerintah untuk menstimulasi penyaluran pembiayaan UMKM dan meningkatkan daya beli masyarakat, sehingga diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk permintaan layanan pembiayaan untuk UMKM yang juga akan meningkat,” kata Rully. Dalam menjaga pertumbuhan pembiayaan di segmen UMKM, Rully menuturkan bahwa MUF telah menerapkan sejumlah strategi. Salah satunya yaitu, dengan fokus pada diversifikasi sektor pembiayaan, yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar UMKM yang dinamis. “Kami menawarkan pembiayaan untuk sektor modal kerja dan investasi. Ini bertujuan menjangkau segmen pasar yang lebih luas, sehingga kebutuhan finansial para pelaku UMKM bisa terpenuhi secara lebih spesifik,” imbuhnya.
Baca Juga: Pembiayaan Kendaraan Listrik MUF Melonjak Signifikan, Tembus Rp 570 Miliar Selain diversifikasi, Rully mengatakan pentingnya penguatan analisis kredit dan manajemen risiko untuk memastikan pembiayaan yang disalurkan tetap sehat. Dalam dunia pembiayaan, risiko kredit adalah hal yang tidak bisa diabaikan dan MUF berkomitmen untuk terus memperbaiki proses penilaian risiko agar lebih akurat dan menyeluruh.
Tak hanya itu, Rully bilang, investasi dalam teknologi juga menjadi pilar penting dalam strategi MUF. Ia menyebutkan bahwa MUF telah mengadopsi platform digital untuk mempermudah proses pengajuan dan pencairan dana bagi nasabah. "Kami juga berinvestasi dalam inovasi teknologi dengan mengadopsi platform digital, hal ini bertujuan untuk proses pengajuan dan pencairan dana. Dengan kombinasi strategi ini, kami optimistis ke depan menjaga dan meningkatkan penyaluran pembiayaan ke UMKM secara berkelanjutan,” tandasnya. Sementara itu, pada September 2024, NPL untuk pembiayaan UMKM di MUF adalah sebesar 1,46%, turun dari Agustus 2024 yang sebesar 1,46% Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati