Daya beli masih kuat, pemerintah fokus perdagangan dan investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal III-2019 berada di level 5,02%, lebih rendah ketimbang periode sebelumnya sebesar 5,05%. Artinya sepanjang Januari-September pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,04%, sementara target akhir tahun sebesar 5,08%. 

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mencatat dari sisi konsumsi berada di level 3,5%-3,6% sehingga mengindikasikan daya beli masyarakat masih terjaga. Sementara sisanya berasal dari investasi serta perdagangan. 

Baca Juga: Jokowi tantang bank buka cabang di Wamena, minta OJK berikan insentif


“Maka kita musti konsentrasi di trade industri dan investasi. Pertumbuhan ekonomi tadi kan kisarannya di 5% yang paling penting Pak Presiden RI Joko Widodo bilang lebih dikit dari 5% sampai akhir tahun.” kata Airlangga seusai acara Indonesia Banking Expo 2019, Jakarta, Rabu (6/11).

Airlangga bilang secara fundamental ekonomi, Indonesia mempunyai daya tahan di tengah perlambatan ekonomi global. Meski demikian tren investasi hanya tumbuh 4,21% pada kuartal III-2019, Airlangga menganggap ini adalah situasi yang lumrah dan masih dalam nilai yang terjaga.

Karenanya, secara global dunia investasi sedang lesu disebabkan pertumbuhan ekonomi global sudah turun.  “Seperti Singapura investasinya sudah turun agak dalam, jadi kita masih punya resistensi, ini yang terus akan kami jaga,” ujar Airlangga. 

Baca Juga: Meski trennya melambat, pemerintah optimistis investasi sokong pertumbuhan ekonomi

Di sisi lain, gairah investasi di Indonesia nampaknya tidak bergerak ke mana-mana. Hal tersebut dibuktikan dari laopran Bank Dunia terkait peringkat kemudahan berbisnis atau Ease of Doing Business (EODB) Indonesia stagnan atau tetap berada pada ranking ke-73. “Dari EODB kita kan 73 ini flat jadi kita harus tekan itu ke bawah,” harap Airlangga.

Untuk itu, pemerintah sedang merancang skema undang-undang Omnibus Law yang merangkum 71 perundang-undangan terkait perizinan investasi. Beleid ini dijadwalkan bakal rampung pada akhir tahun 2019. 

“Diharapkan bisa memotong regulasi yang selama penghambat untuk melakukan investasi,” papar Airlangga.

Baca Juga: Di depan bos perbankan Jokowi minta tingkatkan pembiayaan untuk UMKM

Sementara itu, Airlangga memaparkan pemerintah mempunyai jurus lain sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi dari sisi neraca perdagangan.Yakni lewat program pemanfaatan biodiesel 20% atau B20 dengan roadmap sampai dengan B100 yang tengah disiapkan.

“Kalau dri B100 kita bisa hemat sampai US$ 18 miliar, kalau B30 itu sekitar US$ 6 miliar. Dengan demikian tekanan neraca perdagangan dari situ saja sudah bisa diselesaikan,” kata Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli