Daya beli melemah, penjualan Summarecon Agung (SMRA) cenderung flat tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berhasil melewati tahun 2019 dengan kinerja positif. Dari segi pendapatan, emiten properti ini berhasil mengantongi Rp 5,94 triliun atau naik 4,95% secara year on year (yoy).

SMRA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 514,98 miliar. Jumlah tersebut meningkat 14,77% dari laba bersih di tahun 2018 yang tercatat Rp 449 miliar.

Kendati demikian, analis Sucor Sekuritas Joey Faustian menyebut kinerja SMRA pada tahun ini akan cenderung flat. Dia menilai, pasar properti akan melambat seiring dengan adanya persebaran virus corona dan perlambatan ekonomi.


Baca Juga: Banyak orang lepas aset karena corona, saatnya beli properti dengan harga murah?

Joey memperkirakan, SMRA setidaknya akan mampu menjaga penjualan mereka dengan adanya peluncuran township baru di Bogor pada semester II-2020. "Kami perkirakan SMRA akan membukukan Rp 256 miliar dari penjualan tersebut pada tahun ini, angka ini cukup konservatif dibanding target SMRA yang mencapai Rp 430 miliar," ujar Joey kepada Kontan.co.id, Kamis (4/6).

Lebih lanjut, Joey melihat penjualan di township Bandung juga akan membantu kinerja SMRA pada tahun ini dengan membukukan Rp 570 miliar. Hal ini tidak terlepas dari selesainya proyek Stasiun Kereta Api Cepat Tegalluar, Bandung Intra Urban Toll Road, dan progres perkembangan pembangunan Summarecon Mall Bandung.

“Penyelesaian proyek tersebut kami nilai akan meningkatkan nilai jual dan membuat township Bandung SMRA akan semakin menarik. Namun secara umum, kami memangkas target penjualan SMRA dari Rp 4,34 triliun menjadi Rp 4,15 triliun karena situasi saat ini,” tambah Joey.

Asal tahu saja, SMRA membidik target penjualan mencapai Rp 4,5 triliun pada tahun 2020.

Baca Juga: Summarecon (SMRA): Selama masa pandemi covid-19 pembelian masih ada meski menipis

Sementara itu, analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa dalam riset pada 1 April 2020 juga menuliskan bahwa tahun ini kinerja SMRA tidak akan sebaik tahun lalu. Hal ini tidak terlepas dari penjualan SMRA yang akan banyak terhambat seiring dengan persebaran virus corona.

“Pandemi ini akan melemahkan permintaan dan mengganggu supply chains. Kami melihat, peluncuran produk baru SMRA akan banyak yang ditunda dan SMRA juga harus menghadapi naiknya biaya pengeluaran seiring supply chains yang terganggu,” tulis Yasmin.

Oleh karenanya, Yasmin memangkas target penjualan SMRA tahun ini menjadi Rp 3,5 triliun dari semula Rp 4,2 triliun. Dus, guna mencapai penjualan yang maksimal, Yasmin menilai SMRA akan mengubah strategi penjualan untuk menarik pembeli. Salah satunya dengan memberikan suku bunga yang lebih rendah guna menarik lebih banyak kelas menengah untuk membeli produk SMRA.

Baca Juga: Di masa pandemi corona, SMRA masih bisa jual rumah seharga Rp 7 miliar per unit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati