KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, banyak yang memprediksi kalau daya beli masyarakat bakal meningkat. Sehingga, kinerja emiten barang konsumsi, mulai barang primer hingga tersier, dinilai bakal moncer. Nyatanya, sentimen itu belum tercermin pada kinerja emiten di kuartal satu ini. Ambil contoh, kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) kuartal I-2018 ternyata masih lesu. Laba bersih UNVR susut 6,21%
year on year (yoy) menjadi Rp 1,84 triliun. Laba bersih PT Astra International Tbk (ASII) juga masih melempem. Per kuartal I-2018, laba ASII turun 2% yoy jadi sebesar Rp 4,98 triliun. Ini lantaran laba dari sektor otomotif merosot 8% menjadi Rp 2,1 triliun.
Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional Harry Su mengatakan, sejatinya kondisi ekonomi tahun ini belum sepenuhnya pulih. "Rasio Gini memang turun, tapi jika dibedah lagi datanya, sebenarnya hal ini lebih disebabkan pendapatan masyarakat berpenghasilan tinggi turun karena harga komoditas yang sempat turun. Sementara, kelas menengah bawah masih lemah," ujar Harry, Rabu (25/4). Senada, analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, di awal tahun ini, daya beli masyarakat memang cenderung melemah. Hal ini terlihat dari penurunan tingkat inflasi. "Dari Oktober 2017 sampai Februari 2018 tingkat inflasi inti turun dari 3,07% ke 2,58%. Tapi, Maret tahun ini sebenarnya sudah mulai naik menjadi 2,67%," ujar Nafan. Di sisi lain, daya beli bukan satu-satunya penyebab turunnya kinerja ASII dan UNVR. Ketatnya persaingan di industri barang konsumsi dan otomotif turut menekan bisnis kedua emiten ini. Maklum, pemain bisnis di sektor ini cukup banyak. Industri otomotif juga kedatangan berbagai pemain baru yang mulai mengambil ceruk pasar. Emiten ritel Jika dikupas lebih jauh, sejatinya kinerja emiten ritel seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan PT Aces Hardware Tbk (ACES) justru positif. Padahal, kedua emiten ini juga mengandalkan daya beli untuk menopang kinerja keuangannya. RALS misalnya, membukukan penjualan sebesar Rp 525,6 miliar per Maret 2018, naik 6,8% yoy. Begitu juga dengan pendapatan ACES yang naik 21,1% yoy menjadi Rp 1,5 triliun. Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto berpendapat, tak ada masalah dari sisi daya beli masyarakat. Di awal tahun, masyarakat cenderung mengerem pengeluaran konsumsinya. "Masyarakat menahan tingkat konsumsi mereka karena di kuartal dua ada bulan puasa dan lebaran," ujar David. Terkait UNVR dan ASII yang kinerjanya kurang menggembirakan, David bilang persaingan di kedua sektor industri itu memang ketat. "Alasannya cukup kompleks, bukan semata-mata dari faktor daya beli saja," kata dia. Meski begitu, masih ada secercah harapan untuk emiten barang konsumsi dan otomotif. Hingga akhir tahun nanti, banyak sentimen positif yang bisa memacu tingkat daya beli. Misalnya, perhelatan Asian Games, Pilkada dan momentum bulan Ramadan dan lebaran.
Apalagi pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,3%–5,4%. "Asian Games juga diharapkan bisa meningkatkan cadangan devisa pemerintah dan menaikkan daya beli masyarakat," terang Nafan. Tapi, Nafan merekomendasikan investor
wait and see terkait saham UNVR. Sebab, selain
price to earning ratio (PER) UNVR sudah mencapai 47,5 kali, secara teknikal saham UNVR masih akan koreksi jangka pendek. Tapi untuk emiten lainnya, Nafan merekomendasikan beli. Target harga ASII Rp 7.625 dan ACES Rp 1.590. "RALS bisa
buy on weakness karena sedang koreksi wajar, target harganya Rp 1.510," ujar Nafan. Harry juga memprediksi kinerja UNVR dan ASII baru akan terlihat tumbuh pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Dia merekomendasikan
hold UNVR dengan target Rp 49.900. Lalu, ASII direkomendasikan beli dengan target Rp 9.400. Begitu pula RALS dan ACES dengan target harga Rp 1.550 dan Rp 1.500. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini