Daya beli turun, inflasi Juli jadi rendah



JAKARTA. Laju inflasi bulan Juli 205 diperkirakan tak akan terlalu tinggi. Bank Indonesia (BI) meyakini, inflasi Juli berada di level 0,6%. Angka ini termasuk rendah, sebab di bulan ke tujuh tersebut bertepatan dengan puasa dan Lebaran yang biasanya mengerek inflasi ke level tertinggi.

Lihat saja, pada bulan Juli 2014 lalu, inflasi tercatat sebesar 0,93%. Di bulan tersebut pun bertepatan dengan Lebaran. Saat itu kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok membuat inflasi melejit.

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, inflasi pada bulan Juli tahun ini memang relatif rendah. Bahkan untuk tahun ini, terdapat tren baru, yakni inflasi sebelum dan setelah lebaran ternyata tidak jauh berbeda.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Juni 2015 tercatat sebesar 0,54% sedangkan di bulan Mei 0,5%. Bandingkan dengan tahun 2014. Saat itu terdapat jarak yang cukup lebar dengan inflasi sebelum Lebaran. Pada Juni 2014, inflasi sebesar 0,43% dan Mei 0,16%.

Hasil pantauan BI selama minggu pertama Juli, inflasi bulanan baru di kisaran 0,46% sedangkan inflasi tahunan akan turun di bawah 7%. Di Juni lalu, inflasi tahunan masih ada angka 7,26%.

Tren baru ini diklaim sebagai keberhasilan pemerintah dan BI dalam pengendalian harga pangan. "Ini merupakan pencapaian pengendalian harga volatile food oleh pemerintah," ujar Agus, Selasa (22/7).

Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyebut, rendahnya inflasi bulan Juli lebih banyak karena faktor dari turunnya daya beli masyarakat. Pelambatan ekonomi yang akhirnya membuat masyarakat menekan konsumsi dalam menghadapi Lebaran kali ini. "Dalam kondisi seperti ini, orang mungkin menahan belanja," ungkapnya.

Selain itu, saat bulan puasa, harga bahan pokok pun tak melonjak seperti tahun-tahun sebelumnya. Inilah yang akhirnya mempengaruhi rendahnya inflasi di Juli 2015. Inflasi di Juli tetap relatif tinggi karena budaya mudik masih berlangsung.

Ke depan, tekanan terhadapĀ  inflasi berasal dari pelemahan nilai tukar rupiah. Tekanan ini berasal dari kenaikan konsumsi dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Maklum saat ini BBM di dalam negeri masih impor. BI sempat menghitung, dengan harga BBM saat ini, tiap 1% pelemahan rupiah bakal mempengaruhi inflasi sebanyak 0,13%. Padahal di tahun 2014 lalu hanya 0,07%.

Direktur Institut for Development of Economic and Finance Enny Sri Hartati bilang, melambatnya pertumbuhan ekonomi dan daya beli memang ikut menyebabkan penurunan inflasi, termasuk di bulan Juli. Seperti yang diperkirakan, pelambatan akan terjadi di sejumlah negara seperti Tiongkok. "Ini berimbas pada Indonesia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie