Daya Saing Digital di Indonesia Terus Bertumbuh, Namun Spread Makin Lebar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Daya saing digital daerah di Indonesia menunjukkan tren yang positif dalam lima tahun terakhir. Data yang dihimpun oleh East Ventures Bersama Katadata Insight Center dalam Digital Competitiveness Index (EV-DCI) menunjukkan daya saing digital di 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia menunjukkan tren positif. 

Ini terlihat dari skor Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2024 yang berada di level 38,1. Skor ini meningkat dari skor tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 37,8 di 2023 dan tahun 2022 di 35,2. East Ventures dalam rilis Rabu (22/5) menjelaskan, cara pengukuran EV-DCI menggunakan tiga sub-indeks, sembilan pilar, dan 50 indikator. 

Sub-indeks pembentuknya adalah input, output, serta penunjang. Sub-indeks tersebut tersusun atas pilar sumber daya manusia, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengeluaran TIK, perekonomian, kewirausahaan dan produktivitas, ketenagakerjaan, infrastruktur, keuangan, regulasi dan kapasitas pemerintah daerah.


Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramal Masih Ada di Kisaran 5% hingga 2025

EV-DCI 2024 terdapat 10 provinsi dengan skor tertinggi dan memiliki daya saing digital tinggi. Diantaranya sebagai berikut :  1. DKI Jakarta 78,2 2. Jawa Barat 60 3. Jawa Timur 52,3 4. DI Yogyakarta 51,2 5. Banten 50,3 6. Bali 49,9 7. Kepulauan Riau 47,8 8. Kalimantan Timur 46,8 9. Sumatera Utara 46  10. Jawa Tengah 45,7. 

Dari data tersebut terlihat jika provinsi di pulau Jawa masih mendominasi seperti yang terjadi pada tahun sebelumnya. Empat provinsi di luar pulau Jawa yakni Bali, Riau, Kalimantan Timur dan Sumatera Utara yang berada di 10 besar juga secara konsisten dapat bersaing dengan provinsi di pulau Jawa. 

Namun ketimpangan daya saing terlihat dari nilai spread atau selisih antara skor provinsi tertinggi (DKI Jakarta - 78,2) dan terendah (Papua Pegunungan - 17,8). Ini artinya spread untuk EV-DCI 2024 di 60,4, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 52,4 pada 2023. 

Baca Juga: Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun atau Tumbuh 6,5% YoY

East Ventures menjelaskan, melebarnya nilai spread dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perbedaan laju pembangunan digital masing-masing provinsi, serta perlambatan pembangunan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro yang mempengaruhi daya beli masyarakat. 

Sebagai contoh, pengaruh perbedaan laju pembangunan, dimana Kalimantan Barat dan Gorontalo sama-sama menunjukkan peningkatan di berbagai indikator. Namun secara relatif, pembangunan di Gorontalo jauh lebih pesat dibandingkan dengan Kalimantan Barat. Sehingga ketika dibandingkan dalam penghitungan indeks, skor Gorontalo naik 3.0 poin sementara skor Kalimantan Barat menurun 3.0 poin. 

Sedangkan terkait faktor ekonomi makro, Direktur Eksekutif Katadata Insight Center, Adek Media Roza, menambahkan adanya hubungan timbal balik antara ekonomi makro dan daya saing digital menyebabkan pemerintah perlu memandang isu ini secara holistik. "Penurunan pilar penggunaan TIK dan pengeluaran TIK yang dipicu melemahnya daya beli akibat inflasi serta tekanan eksternal lainnya menjadi salah satu contoh bagaimana situasi ekonomi makro mempengaruhi upaya penguatan daya saing digital Indonesia," ujar dia dalam rilis. 

Sehingga, menurut Adek, pemerintah tetap perlu memperhitungkan berbagai faktor yang dapat menjadi penghambat pertumbuhan daya saing digital Indonesia. 

Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures mengatakan, laporan riset EV-DCI 2024 merupakan pemetaan daya saing digital Indonesia demi mewujudkan kedaulatan digital Indonesia. Kedaulatan digital menjadi salah satu aspek penting untuk memaksimalkan perkembangan digitalisasi untuk menjadi motor peningkatan kesejahteraan, tidak terkecuali untuk Indonesia.

Baca Juga: OpenIn Gandeng SSPACE Integrasikan Teknologi Kecerdasan Lokasi dan Periklanan

"Sejak diluncurkan pertama pada tahun 2020, komitmen kami selalu sama, yaitu mendorong semangat inklusi dan kolaborasi untuk mewujudkan keadilan dan kedaulatan digital bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures. Dia berharap laporan ini dapat menjadi bahan acuan dan fondasi bagi setiap pihak terkait dalam terus membangun ekosistem digital Indonesia. 

"Kami percaya laporan ini merupakan bukti nyata dari komitmen kami dalam mempersiapkan Indonesia dalam memasuki era dividen demografi dini, terutama dalam membangun ekonomi digital yang lebih kuat dan mencetak Generasi Emas 2045," tambah Willson. 

East Ventures menyebut sektor digital menjadi salah satu potensi penggerak pertumbuhan ekonomi negara, tidak terkecuali bagi Indonesia. Apalagi Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang begitu besar dan menjadi komponen penting dalam menghindari jebakan negara berpendapatan menengah (middle-ncome trap) dan mencapai target Indonesia Emas 2045. 

Untuk mewujudkan kedaulatan digital Indonesia, penguatan daya saing digital secara berkelanjutan maka pemerataan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia harus ditingkatkan. Selama 10 tahun terakhir, Indonesia sudah menjalankan berbagai program peningkatan daya saing digital. 

Beberapa program tersebut diantaranya gerakan UMKM Go Digital serta program Literasi Digital. Ada juga program digitalisasi pemerintahan seperti Gerakan 100 Smart City untuk pembangunan digital ke ranah tata kelola pemerintahan. Program-program seperti ini diharapkan dapat terus meningkatkan daya saing digital Indonesia.

Baca Juga: SNI Rumah Modular Berbasis Baja Ringan Jadikan Hunian Binaan Lebih Ramah Lingkungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana