JAKARTA. Industri reasuransi lokal menatap cerah tahun 2013. Daya serap industri reasuransi terhadap premi asuransi umum di dalam negeri semakin besar. Hal itu terlihat dari jumlah premi asuransi yang masuk ke industri reasuransi hingga akhir September 2012 sebesar Rp 1,73 triliun alias tumbuh 21,4% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1,39 triliun. Pertumbuhan itu lebih besar dibandingkan laju premi di industri asuransi umum yang hanya tumbuh 14%. Sebenarnya, industri reasuransi ikut menjamin atas risiko di asuransi umum dan jiwa. Namun, empat perusahaan reasuransi domestik, sebagian besar menjamin atas risiko asuransi umum, dengan porsi lebih dari 90%.
Nah, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, reasuransi domestik memang memperbesar penyerapan premi di sejumlah produk asuransi umum. Itu antara lain di lini asuransi migas
on shore sebesar Rp 25,3 miliar, tumbuh 1645,6% dibandingkan periode sama sebelumnya sekitar Rp 1,4 miliar. Lalu premi reasuransi di asuransi kredit Rp 117,8 miliar, tumbuh 912,6%, asuransi tanggung gugat Rp 32,73 miliar, tumbuh 230,3%, asuransi penjaminan tumbuh 219,3%, dan asuransi pesawat udara tumbuh sebesar 103%. Dadang Sukresna, Kepala Statistik Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), menilai, meningkatnya pembagian risiko di reasuransi domestik karena profil klaim menunjukkan perbaikan. Penyebabnya, sepanjang sembilan bulan tidak terjadi bencana sehingga tidak ada kenaikan klaim. Rendahnya klaim juga menjadikan
rate premi reasuransi lokal terbilang stabil. "Mungkin beda dengan reasuransi asing, terpengaruh bencana katastropi daerah lain sehingga
rate meningkat," terangnya, Kamis (20/12). Sampai akhir September, total klaim reasuransi sebesar Rp 783,2 miliar, naik 21%. Kontribusi klaim tertinggi adalah asuransi properti Rp 384,5 miliar, tumbuh 13,5%. Namun pertumbuhan klaim tertinggi adalah asuransi tanggung gugat naik 618,1% menjadi Rp 7,4 miliar. Dadang menambahkan, rendahnya pertumbuhan klaim mengerek hasil pengelolaan (
underwriting) premi reasuransi. Tahun 2011 total
underwritting negatif, tapi Januari-September 2012 mencapai Rp 127,3 miliar. Memperbesar modal Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI, mengingatkan meski kinerja reasuransi meningkat, daya serap reasuransi lokal masih terbilang mini. Jika dibandingkan total premi industri asuransi umum sekitar Rp 28,5 triliun, reasuransi lokal baru menyerap 6% saja. Sebagian besar lari ke luar negeri atau diserap oleh reasuransi asing.
Hal itu cukup wajar, mengingat reasuransi lokal terkendala modal. Modal yang terbatas menjadikan daya serap risiko juga rendah. "Harapan industri adalah daya serap reasuransi lokal makin besar sehingga tidak perlu reasuransi keluar negeri," harapnya. Tentu saja, pemegang saham reasuransi lokal harus terus meningkatkan dukungan. Saat ini ada empat pelaku reasuransi lokal. Mereka adalah Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein), Tugu Reasuransi (Tugu Re), Reasuransi Nasional Indonesia (Nasre), dan Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo). Modal keempat perusahaan reasuransi tersebut belum ada yang mencapai Rp 500 miliar. Misalnya, modal Marein sampai akhir September Rp 278,7 miliar dan Nasre pada akhir 2011 hanya sebesar Rp 212 miliar. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: