Daya tarik saham IPO berkurang jelang tutup tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga Jumat (8/12), tercatat 31 emiten baru yang melakukan pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski tahun 2017 tersisa tiga pekan lagi, masih ada empat perusahaan yang mengantri untuk melaksanakan IPO.

Analis memprediksikan agresifitas investor terhadap saham IPO berkurang jelang akhir tahun.

Keempat perusahaan yang masih akan melantai di bursa pada Desember ini adalah PT Panca Budi Idaman Tbk, PT Dwi Guna Laksana Tbk, PT Campina Ice Cream Industry Tbk, dan PT Jasa Armada Indonesia. Terdekat, jika sesuai perkiraan, Panca Budi Idaman dan Dwi Guna Laksana akan melantai pada pekan depan.


Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani melihat, animo pelaku pasar terhadap saham IPO jelang akhir tahun tak sebesar kuartal-kuartal sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari target perolehan dana perusahaan. Jelang IPO, masih ada perusahaan yang merevisi turun target perolehan dana.

Misalnya, Panca Budi Idaman yang menurunkan jumlah saham baru yang dilepas kepada publik. Awalnya, produsen plastik ini berniat melepas 738,8 juta saham. Namun, direvisi menjadi 375 juta saham baru atau setara dengan 20% dari jumlah modal disetor dan ditempatkan penuh. Jadi, Panca Budi membidik dana segar sebesar Rp 318,75 miliar dari IPO.

Riska menyebut ada beberapa hal yang mempengaruhi turunnya animo investor terhadap saham IPO di momentum akhir tahun ini. Pertama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik cukup tinggi sejak awal tahun. Di momentum saat ini, Riska menilai IHSG akan cenderung konsolidasi. Kondisi ini membuat investor juga cenderung wait and see untuk masuk ke saham IPO.

Selain itu, debut perdana saham IPO biasanya juga dijadikan sasaran empuk untuk meraup cuan. Namun, yang terjadi belakangan bahwa banyak saham IPO yang turun pada hari pertama perdagangan. Misalnya PT GMF AeroAsia Tbk (GMFI), PT PP Presisi Tbk (PPRE), dan PT Wijaya Karya Gedung Tbk (WEGE).

“Dulu banyak oversubscribe sekarang banyak undersubscribe sehingga penawarannya lebih rendah. Ini semakin membuat investor ambil langkah antisipasi, takutnya di hari perdana malah turun. Di akhir tahun ini, orang lebih memilih untuk mempercantik portofolionya,” papar Riska.

Senada, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga menilai investor di momentum akhir tahun lebih cenderung melakukan window dressing. Dibandingkan saham IPO, menurut Hans, saham blue chip akan lebih menarik. Apalagi beberapa saham blue chip dalam catatannya belum mencatat kenaikan harga tingi, seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP).

Tak hanya itu, kehadiran 31 pendatang baru di bursa tahun ini menurut Riska, juga menjadi tambahan pilihan saham bagi investor. Sehingga kemungkinan melirik saham baru IPO pun semakin kecil.

Secara umum, Riska memberikan rekomendasi netral untuk keempat saham yang akan IPO di Desember ini. Namun, melihat prospek bisnisnya, Riska menilai PT Jasa Armada Indonesia cukup menarik. Hal ini didasarkan pada captive market yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Selain itu, Riska melihat adanya optimisme yang tinggi dari perusahaan terkait kinerja keuangan tahun depan. Namun, menurutnya, price to earning ratio (PER) yang ditargetkan Jasa Armada terbilang tinggi, yakni 11,1 kali-18 kali. Padahal, dalam catatan Riska PE rata-rata emiten perkapalan adalah sebesar 10 kali. “Ini tetap jadi pertimbangan,” imbuh Riska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini