JAKARTA. Daftar pemegang saham PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) mengalami perubahan. Pasalnya, DZ Privat Bank Singapore Ltd (DZ Bank) telah melepaskan kepemilikannya di BRPT kepada DBS Bank, Singapura. "DZ Bank selaku kustodian dari 549,61 juta lembar saham atau 7,88% pada BRPT, telah digantikan oleh DBS Bank," tulis Salwati Agustina, Direktur BRPT dalam keterangan resmi, Selasa (26/8). Selepas peralihan itu, DBS Bank menjadi pemegang saham terbesar kedua emiten yang dikendalikan taipan Prajogo Pangestu itu. Adapun pemegang saham mayoritas BRPT adalah Magna Resources Corporation Pte. Ltd dengan kepemilikan 52,13%.
Pemegang saham BRPT lainnya adalah PT Barito Pacifi Lumber (3,66%), PT Tunggal Setia Pratama (3,53%) dan PT Muktilestari Kencana (1,55%). Prajogo Pangestu dan Agus Salim Pangestu juga turut memiliki langsung saham BRPT dengan kepemilikan 1,55% dan 37.333 lembar saham. Sementara porsi kepemilikan publik tercatat 31,02%. Di tahun ini, Grup BRPT punya beberapa rencana ekspansi yang terbilang besar yaitu membangun pabrik karet sintesis dan memperbesar kapasitas pabrik naphtha cracker. Dua aksi korporasi itu diperkirakan menelan biaya hingga US$ 815 juta. BRPT, lewat anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), akan berkongsi dengan Michelin untuk memproduksi karet sintetis. Adapun nilai investasi pabrik tersebut mencapai US$ 435 juta. Nama perusahaan patungan dengan Michelin adalah PT Synthetic Rubber Indonesia, dengan kepemilikan saham TPIA sebanyak 45%. TPIA juga berencana meningkatkan kapasitas produksi beberapa produknya mengan membangun fasilitas pengolahan naphtha cracker. Nilai investasi ekspansi yang ditargetkan selesai pada kuartal IV tahun 2015 itu diperkirakan sebesar US$ 385 juta.Dengan adanya pabrik ini, BRPT berharap kapasitas beberapa produk olahan TPIA meningkat. Produksi etilena, misalnya, yang sekarang masih 600.000 ton per tahun bakal naik menjadi 860.000 ton per tahun. Begitupun juga dengan produksi propilena ditargetkan bisa naik dari 320.000 ton per tahun menjadi 470.000 ton.Selain itu, produksi mixed C4 juga bisa bertambah dari 220.000 ton per tahun menjadi 315.000 ton. Ekspansi pabrik juga akan mengerek produksi py-gas yang semula hanya 280.000 ton per tahun menjadi 400.000 ton per tahun. Sementara itu, produksi polietilena, polipropilena, styrene monomer tetap sama. Adapun kapasitas produksi polietilena adalah 336.000 ton per tahun. Sementara itu, kapasitas produksi polipropilena sebesar 480.000 ton per tahun, serta kapasitas produksi styrene monomer sebanyak 340.000 per tahun. Khusus di tahun kuda kayu ini,BRPT sudah menyiapkan belanja modal sebanyak US$ 130,5 juta. Sebanyak US$ 115,5 juta adalah belanja modal TPIA untuk memperbesar kapasitas pabrik naphtha cracker. Sisanya, belanja modal itu untuk kebutuhan ekspansi anak usaha Barito yang lain. Kiswoyo Adi Joe, Analis Investa Saran Mandiri menilai, kendati Grup BRPT gencar ekspansi, investor relatif kurang tertarik berinvestasi di saham ini.
Soalnya, industri yang menjadi basis bisnis Grup BRPT memang kurang menarik di mata investor. Apalagi kinerja keuangan Grup BRPT juga masih jauh dari harapan. Hingga semester I 2014, BRPT memang masih membukukan rugi bersih senilai US$ 5,32 juta. "Likuditasnya juga seret sehingga susah bagi investor untuk investasi di saham seperti ini," jelas Kiswoyo. Hal ini sudah diralat pada berita berjudul:
DBS Bank jadi bank kustodian 7,88% saham BRPT Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie