DBS Group merevisi prediksi rupiah akhir tahun dari Rp 14.200 menjadi Rp 14.600



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali tahun ini dengan mulus, beberapa negara di Asia tertekan faktor eksternal yang menyerbu pasar finansial. Akibatnya, nilai tukar beberapa negara, termasuk Indonesia, melemah.

DBS Group, dalam riset 9 Juli 2018 merevisi prediksi rupiah pada kuartal keempat ini menjadi Rp 14.600 per dollar Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, DBS Group memperkirakan rupiah akan ada di Rp 14.200 per dollar AS. 

"Rupiah telah melemah melewati Rp 14.300  pada pertengahan tahun dan mencapai target kami setahun lebih awal. Oleh karena itu kami merevisi prediksi akhir tahun rupiah dari sebelumnya Rp 14.200 per dollar AS menjadi Rp 14.600 per dollar AS," tulis DBS dalam riset.


DBS memperkirakan, suku bunga acuan 7 day reverse repo rate akan naik 50 basis poin di kuartal keempat menjadi 5,75% dari 5,25% di kuartal ketiga ini. Sementara Fed Fund Rate diramal berada di 2,50% pada akhir tahun ini, naik 50 basis poin dari 2% pada akhir Juni.

Sementara di kuartal ketiga ini, DBS menaikkan prediksi rupiah menjadi Rp 14.500 per dollar AS dari sebelumnya Rp 14.150 per dollar AS.

Untuk tahun depan, DBS memperkirakan rupiah akan berada di Rp 14.650 per dollar AS di kuartal pertama. Dalam tiga kuartal selanjutnya, rupiah akan melemah masing-masing Rp 50 per dollar. DBS pun merevisi nilai tukar rupiah ini masing-masing Rp 400 lebih tinggi dari prediksi awal.

Sebelumnya, DBS memperkirakan kurs rupiah akan ada di Rp 14.250 per dollar AS di kuartal pertama tahun depan.

Di kuartal kedua, posisi rupiah diperkirakan melemah ke Rp 14.700 per dollar AS. Prediksi ini direvisi dari sebelumnya Rp 14.300 per dollar AS

DBS memperkirakan rupiah akan mencapai Rp 14.750 per dollar AS di kuartal ketiga dan Rp 14.800 per dollar AS di kuartal keempat tahun depan. Di akhir tahun depan, DBS memprediksi 7 day reverse repo rate tetap berada di 5,75% dan Fed Fund Rate di level 3,50%.

DBS melihat, usaha-usaha Bank Indonesia (BI) lumayan menghambat rupiah untuk jatuh lebih melemah. Apalagi dengan adanya kenaikan suku bunga acuan kemarin itu cukup menopang rupiah dan harga-harga dipasar juga termasuk stabil.

Saat ini, DBS belum melihat peluang rupiah untuk bisa kembali menguat dengan kondisi dollar Amerika Serikat (AS) yang menguat. Apalagi perang dagang antara AS-China masih berlangsung sehingga dampaknya mengenai hampir semua mata uang termasuk rupiah.

Selain permasalahan perang dunia, menjelang tahun politik 2019 menjadi salah satu alasan mereka. Karena menjelang pemilihan, semua perhatian tentunya akan tertuju dengan siapa yang akan menjadi presiden di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati