KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Impor pangan di Era Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan kritikan pedas saat debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) semalam, Minggu (21/1). Merespon hal ini, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Rachmi Widiriani mengatakan bahwa impor yang dilakukan pemerintah sudah dilakukan secara hati-hati. Pada komoditas beras misalnya, keputusan impor tidak dilakukan tanpa sebab. Rachmi menegaskan impor dilakukan karena sejak awal tahun 2022 harga beras sudah mulai naik. Padahal saat itu bersamaan dengan panen raya.
Baca Juga: Harga Gula Konsumsi dan Bawang Putih Cenderung Tinggi, Ini Kata Kemendag "Pada saat harga tinggi di panen raya sebenarnya ini sudah
warning," kata Rachmi pada Kontan.co.id, Senin (22/1). Rachmi menjelaskan bahwa pada saat itu juga produksi beras lebih rendah dari pada yang diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada tahun 2023 terjadi el-nino yang dipercaya menurunkan produksi pertanian termasuk padi. Hal inilah yang kemudian memperkuat pemerintah untuk memutuskan impor pada Oktober 2022 untuk kebutuhan beras sepanjang tahun 2023. "Impor pangan yang dilakukan di 2023 itu dilakukan dengan sangat hati hati dan penuh pertimbangan tidak mudah kita harus memutuskan impor," jelas Rachmi. PIhaknya juga memastikan keputusan impor ini tidak akan berdampak pada penurunan harga beras di tingkat petani. Sehingga, impor beras hanya digunakan sebagai cadangan beras pemerintah (CBP) yang disimpan oleh Bulog. Beras tersebut juga tidak di distribusikan secara liar. Pendistribusianya hanya untuk mengontrol harga beras di pasar agar tidak jauh lebih tinggi melalui bantuan pangan beras dan Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP).
Baca Juga: Dana Bansos Melonjak, Hati-Hati Semakin Rawan Dikorupsi "Dan ini berhasil menjaga harga beras ditingkat petani tidak turun dan menjaga beras di pasar tidak lebih tinggi," pungkas Rachmi.
Sebelumnya, kritik impor pangan dilayangkan oleh Cawapres nomor urut 03, Mahfud MD dalam debat semalam. Mahfud menyoroti janji kampanye Presiden Jokowi terkait kemandirian pangan pada tahun 2019 lalu nyatanya tidak terpenuhi karena impor pangan kian masif saat ini. "Dulu ga mau impor, padahal per hari ini catatan datanya, impor kedelai 2 juta ton, susu 280 juta ton, gula pasir 4 juta ton, beras 2,8 juta ton, daging sapi 160 juta ton. Ini hasilnya seberapa dari hasil debat dulu yang tanggal 17 Juli itu. Semakin banyak nih angkanya, semakin diversifikasi juga impor ini," ungkap Mahfud dalam debat keempat Pemilu Presiden 2024, kata Mahfud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .