KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) tengah merampungkan pembahasan mengenai plafon utang AS (debt ceiling). Ini menyambut kekhawatiran global akan potensi gagal bayar utang pemerintah negeri Paman Sam, yang berpotensi memunculkan perubahan peringkat utang. Gubernur Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, tensi tinggi di AS ini akan memberikan dampak terhadap Indonesia.
Baca Juga: Debt Ceiling Jadi Penggerak Utama Pelemahan Rupiah di Pekan Ini Terlebih, kesepakatan belum dicapai. Sehingga ada kemungkinan ambang batas utang yang tinggi atau ambang batas utang ditetapkan rendah. "Ini menimbulkan ketidakpastian pasar keuangan global, akibat isu negosiasi ini. Dolar AS kemudian menguat dan memengaruhi nilai tukar, termasuk Indonesia," terang Perry dalam konferensi pers, belum lama ini. Selain dolar AS yang menguat, dampak selanjutnya adalah kemungkinan penguatan imbal hasil surat utang AS. Ini menambah ketidakpastian global. Baca Juga: White House, Republican Negotiators to Resume Debt Ceiling Talks Tuesday Dengan risiko yang muncul tersebut, Perry menyebut BI akan memasang kuda-kuda yang kuat, yaitu dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.