Debut perdana, harga LRNA anjlok 13,3%



JAKARTA. Debut perdana di Bursa Efek Indonesia, harga saham PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) melorot. Kemarin, harga saham LRNA turun 13,3% ke Rp 780  per saham dari harga initial public offering (IPO) sebesar Rp 900 per saham.

Penurunan harga LRNA sejatinya telah terjadi sejak awal pencatatan saham. Johanes Soetikno, Direktur Utama PT Valbury Asia Securities, selaku  penjamin emisi IPO LRNA menduga, investor langsung melepas saham LRNA karena jumlah yang mereka peroleh sedikit.

Akibatnya, harga LRNA langsung dilanda aksi jual. Apalagi, porsi penjatahan saham IPO LRNA untuk investor ritel lebih besar yakni sebanyak 5%. Berbeda dengan  emiten baru lain yang hanya memberi jatah 2% saham bagi investor ritel.


Johanes mengatakan, dalam penawaran saham perdana, porsi saham LRNA bagi pemodal ritel kelebihan permintaan hingga 488%. "Akhirnya, kami bagi secara proporsional, masing-masing mendapat 10 lot, jadi ada banyak pihak," ujar dia, kemarin.

Asal tahu saja, perusahaan transportasi tersebut melepas 150 juta saham setara 42,86% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan ke publik. Dari perhelatan itu, LRNA meraup dana sebanyak Rp 135 miliar. Sekitar 81% dana hasil IPO atau sebesar Rp 109,35 miliar, akan LRNA gunakan untuk pengembangan bus antar kota antar provinsi (AKAP), angkutan perkotaan terintegrasi busway (APTB), bus kota terintegrasi busway (BKTB), serta untuk rekondisi bus lama.

"Sebagian besar kami alokasikan untuk revitalisasi peremajaan kendaraan. Dengan kendaraan baru akan jadi lebih aman dan nyaman, serta memberi nilai lebih pada on time performance," imbuh  Eka Sari Soerbakti, Direktur LRNA, Selasa, (15/4).

Kemudian, 16% hasil IPO atau Rp 21,6 miliar untuk fasilitas atau infrastruktur depo dan bengkel bus TransJakarta di Ceger, Jakarta Timur. Terakhir, sekitar 3% hasil IPO setara Rp 4,05 miliar untuk modal kerja LRNA.

Tahun ini, LRNA membutuhkan belanja modal Rp 225 miliar. Dus, LRNA masih harus membutuhkan tambahan Rp 90 miliar untuk ekspansi. Sekretaris Korporasi LRNA, Andy Porman Tambunan mengatakan, pihaknya akan mencari pinjaman dari bank lokal. "Selain itu, LRNA akan meminta suntikan modal dari pemegang saham pengendali, PT Lorena.

Tahun ini, LRNA akan menambah 77 armada baru dan revitalisasi usia kendaraan. LRNA berharap, semakin muda usia kendaraan, bisa menekan biaya operasional. LRNA ingin mempertahankan rasio usia kendaraan supaya tak melebihi 10 tahun. Saat ini, rasio usia kendaraan LRNA rata-rata 12,2 tahun.

Andy yakin, pendapatan LRNA bisa naik 50% dan laba  naik 20% di tahun ini. Sampai kuartal III-2013, pendapatan LRNA Rp 120,65 miliar dengan laba bersih Rp 7 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana