KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Operator kereta bawah tanah, Tokyo Metro Co. mencatatkan debut mengesankan di Bursa Efek Tokyo pada Rabu (23/10). Sahamnya melonjak 47,3% di atas harga penawaran 1.200 yen (US$ 7,9) dan membuat kapitalisasi pasarnya melampaui 1 triliun yen dalam penawaran umum perdana terbesar di Jepang dalam enam tahun. Papan harga saham di Tokyo menunjukkan saham Tokyo Metro Co. dibuka pada harga 1.630 yen saat pertama kali melantai di Bursa Efek Tokyo pada 23 Oktober 2024. Hari pertama perdagangan di Prime Market, harga saham operator kereta bawah tanah tertua di Asia ditutup pada 1.739 yen setelah dibuka pada 1.630 yen.
Operator kereta bawah tanah tersebut mengumpulkan 348,6 miliar yen dalam IPO. Adapun, pemerintah pusat dan pemerintah Tokyo menjual setengah dari kepemilikan masing-masing sebesar 53,4 persen dan 46,6 persen pada 1.200 yen per saham.
Baca Juga: Pekan Depan, 20 Perusahaan di Asia Pasifik Siap IPO Nilainya Capai US$ 8,3 miliar Tokyo Metro, perusahaan kereta api terbesar kedua di negara ini berdasarkan volume penumpang, menarik pesanan beli besar-besaran terutama dari investor individu yang mencari stabilitas dan dividen. Pemerintah pusat akan menggunakan hasil penjualan saham Tokyo Metro untuk membayar obligasi yang diterbitkan guna mendanai upaya rekonstruksi setelah gempa bumi dahsyat dan tsunami yang melanda wilayah timur laut Jepang pada Maret 2011. Meski semua sahamnya dimiliki oleh pemerintah pusat dan metropolitan, perusahaan yang dibentuk tahun 2004 ini didukung sektor publik untuk melakukan upaya privatisasi. Menurut penyedia data Dealogic, penawaran saham ini merupakan yang tertinggi di Jepang sejak SoftBank Group Corp pada Desember 2018 mendaftarkan unit telekomunikasinya, yang nilai pasarnya mencapai 7,18 triliun yen. SoftBank Group mengumpulkan 2,65 triliun yen dalam IPO terbesar yang pernah ada di Jepang. "Permintaan saham Tokyo Metro di kalangan investor individu tampaknya kuat karena pendapatannya yang stabil dan imbal hasil dividen yang menguntungkan," kata Shingo Ide, Kepala Strategi Ekuitas di NLI Research Institute.
Baca Juga: Tokyo Metro Bersiap Meraup US$ 2,3 Miliar, IPO Terbesar di Jepang Dalam 6 Tahun Dividen per saham diperkirakan sebesar 40 yen untuk tahun bisnis yang berakhir pada Maret 2025. Perseroanmenetapkan imbal hasil dividen sebesar 3,3% berdasarkan harga penawaran. Namun, Ide memperingatkan bahwa saham operator kereta bawah tanah tersebut dapat dijual setelah pembelian awal mereda, karena imbal hasil dividen telah turun di bawah 3 persen sebagai akibat dari kenaikan harga. Tokyo Metro mengoperasikan sembilan jalur kereta bawah tanah yang menghubungkan 180 stasiun di seluruh ibu kota dan mengangkut 1,9 miliar penumpang per tahun buku yang berakhir Maret 2022. Hasil ini tertinggi kedua setelah East Japan Railway Co. Operasinya juga mencakup bisnis real estat, ritel, dan telekomunikasi. "Kami tidak mengharapkan potensi pertumbuhan yang signifikan untuk Tokyo Metro, karena sulit untuk membangun jalur baru dan meningkatkan pendapatan dari bisnis real estatnya, tidak seperti perusahaan pesaing," tambah Ide.
Editor: Putri Werdiningsih