JAKARTA. Kinerja PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) semester I tahun ini terbilang moncer. Bahkan, laba bersihnya meningkat lebih dari 20 kali lipat menjadi Rp 123,12 miliar dari periode setahun sebelumnya yang hanya Rp 4,86 miliar. Namun, BNBR tercatat mengalami kekurangan modal alias defisiensi modal. Tercatat, ekuitas BNBR negatif Rp 1,85 triliun per akhir 30 Juni lalu. Jika dibandingkan dengan akhir kuartal I yang mencatat ekuitas negatif Rp 1,4 triliun, defisiensi modal perusahaan lompat 36%, meski terlihat membaik dari akhir Desember yang tercatat Rp 2 triliun. Manajemen mengklaim, penurunan nilai ini terjadi atas investasi jangka pendek dan perubahan nilai wajar derivatif. Namun, rugi penurunan nilai yang menyebabkan kekurangan modal ini yang menjadi perhatian auditor Tjiendradjaja & Handoko Tomo, penyusun laporan keuangan tengah tahun BNBR.
"Kondisi ini mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan usahanya," tulis auditor ini. Ekuitas negatif ini bertambah buruk dibanding akhir Maret yang sebesar Rp 1,4 triliun. Karena itu, manajemen BNBR akan mengupayakan beberapa hal. Misalnya, restrukturisasi utang melalui konversi utang menjadi saham. Catatan saja, hingga Juni 2014, total pinjaman berbunga BNBR tercatat sebesar Rp 7,67 triliun, turun 1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 7,78 triliun. Hal berikutnya, meningkatkan modal dengan menerbitkan saham dan penjualan aset. Lalu, perseroan berencana untuk mengurangi investasi dalam bentuk saham.