Defisit anggaran diprediksi membengkak lagi dari Rp 16 triliun



JAKARTA. Defisit anggaran 2011 diperkirakan kembali melebar. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, defisit anggaran berpotensi membengkak lagi dari hitungan penambahan defisit sebelumnya yang diprediksi sebesar Rp 16 triliun.

“Bisa terjadi. Bisa lebih besar,” singkatnya, ketika ditemui usai acara Peluncuran MP3EI, Jumat (26/5). Dengan demikian, maka defisit anggaran kemungkinan akan mencapai 2% atau bahkan melebihi 2%. Namun, Menkeu enggan memastikannya. Ia menuturkan, pihaknya akan berupaya agar defisit anggaran tak melebihi 2%. “Sebetulnya target yang ingin kita capai di kisaran 2%. Jadi walaupun kita nanti secara postur APBN-nya ada dikisaran defisit 2%, realisasinya kita harapkan akan dikisaran 2%,” terangnya.

Ia menuturkan, meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dari target yang sebesar 38,6 juta kilo liter dan adanya koreksi pada target lifting minyak dari yang dipatok sebesar 970.000 barel per hari, menjadi pendorong bertambahnya defisit anggaran pada 2011 dari target sebesar 1,8% atau sekitar Rp 124,7 triliun. “Itu adalah komponen yang sedang kita amati, termasuk pendidikan. Ini semua akan direview pada Juli 2011 saat kita mempersiapkan APBN-P,” tegasnya.


Sementara terkait sumber pendanaan, ia mengaku belum bisa memastikannya. Namun pemerintah, telah menyiapkan sejumlah opsi.

“Ini semua baru akan kita finalkan, pada saat kita melakukan revisi anggaran yaitu di awal Juli. Jadi saya belum bisa menyampaikan. Saya baru bisa mengatakan bahwa kalau ada anggaran biaya tambahan, dan juga perubahan asumsi akan membuat kita melakukan APBN-P,” jelasnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi David Sumual menuturkan, dengan adanya pembengkakan defisit anggaran, kemungkinan besar pemerintah akan menambah jumlah utangnya. “Memang ada wacana dari pemerintah akan memakai SAL, tapi kan SAL nggak bisa dipakai semuanya karena harus dialokasikan ke yang lain-lain. Jadi kemungkinan pemerintah pada akhirnya akan menambah utang baru,” paparnya.

Menurutnya, melebarnya defisit anggaran tahun ini utamanya lantaran kenaikan harga minyak yang masih dalam tren menguat di kisaran US$ 100 per barel hingga akhir tahun, semntara itu disisi lain tak tecapainya target lifting minyak. Dengan demikian, ia menilai defisit anggaran akan mencapai kisaran 2%.

“Kemungkinan ke arah 2%-an kalau melihat kondisi saat ini. Mungkin efektifitas dari pembelanjaan negaranya yang perlu dikaji lagi. Karena selama ini kan efektivitas belanja negara agak kurang,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.