Defisit anggaran tahun 2016 direvisi



JAKARTA. Pemerintah menetapkan rentang defisit anggaran tahun 2016 sebesar 1,7% - 2,1% dari produk domestik bruto (PDB). Rentang defisit ini lebih lebar ketimbang yang telah dipatok dalam Rancangan Kerja Pemerintah (RKP) 2016 yang sebesar 1,7% - 1,9% dari PDB.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengatakan rentang defisit anggaran yang lebih lebar ini bertujuan agar pemerintah memiliki ruang yang lebih besar untuk mengutak-atik anggaran tahun depan. "Sehingga pilihannya lebih banyak bagi pemerintah," ujar Askolani, Rabu (20/5).

Tak hanya itu, arah kebijakan pemerintah tahun depan juga bersifat ekspansif. Menurut Askolani, anggaran akan diarahkan untuk kegiatan produktif, mendorong peningkatan kapasitas ekonomi dan penguatan daya saing serta menjaga keseimbangan makro ekonomi.


Dalam pokok pembicaraan pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016, pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan tumbuh 11% - 12% dari APBN Perubahan 2015 atau menjadi sekitar Rp 1.653,1 triliun - Rp 1.668,02 triliun. Kenaikan target penerimaan perpajakan ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan bisa naik menjadi sekitar 5,8% - 6,2%.

Sejatinya, rentang pertumbuhan ekonomi yang dipatok dalam RAPBN 2016 ini lebih rendah dari target dalam RKP 2016 yang sebesar 5,4% - 6,6%. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro bilang, pertumbuhan ekonomi tahun depan memang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. "Kami melihat kondisi terakhir, karena global tidak sebaik yang kita harapkan," jelasnya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengakui perekonomian Indonesia tahun depan akan lebih baik dibanding tahun ini. Namun, perbaikan ekonomi belum akan signifikan, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya akan berkisar 5% - 6%.

Sementara itu, pemerintah menetapkan asumsi inflasi dalam RAPBN 2016  di kisaran 3%-5%, rupiah di kisaran Rp 12.800 - Rp 13.200 per dollar Amerika Serikat (AS) dan suku bunga SPN 3 bulan sekitar 4% -6%. Harga minyak mentah Indonesia ditetapkan di kisaran US$ 60 - US$ 80 per barel dan lifting minyak dan gas bumi diperkirakan 1,93 juta barel - 2,05 juta barel setara minyak per hari.

Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara A.prasetyantoko bilang target pertumbuhan ekonomi tahun depan terlalu optimistis. Menurutnya ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,5% di 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie