Defisit APBN 2009 Bisa 0%



JAKARTA. Pemerintah menyiapkan berbagai skenario dalam perubahan APBN 2009 termasuk kemungkinan memperkecil defisit. Jika defisit benar-benar disunat atau bahwa di 0%-kan maka tidak mungkin pemerintah akan memangkas sejumlah proyek dan program yang dianggap tidak prioritas. Ketatnya likuiditas global membuat pemerintah tidak yakin mampu menarik dana pinjaman dari luar maupun dalam negeri.  Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Paskah Suzetta mengatakan kemungkinan pemerintah bakal menurunkan defisit APBN 2009 tersebut di bawah 1% dari PDB atau Rp 51,342 triliun. "Berbagai skenario disiapkan, bahkan defisit di-zero-kan lebih bagus. Itu untuk menghindari kita mencari lagi cost tambahan," kata Paskah.Untuk itu pemerintah bakal mencoret beberapa proyek bukan prioritas utama. Tujuh sektor prioritas seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan menjadi proyek-proyek yang aman dari pemangkasan anggaran. Jika terpaksa mengecilkan defisit, maka pemerintah akan kembali melakukan simulasi pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi.Karena bagaimanapun, penurunan defisit itu bakal mempengaruhi peran stimulus APBN dalam mendorong pertumbuhan ekonomi 2009. Jika hal itu terjadi maka sangat dimungkinkan pertumbuhan ekonomi 2009 jauh lebih rendah dari target APBN 2009 sebesar 6%.Paskah mengatakan, pemerintah akan menunggu realisasi pelaksanaan APBN 2009 sampai tengah semester pertama tahun depan untuk bisa menentukan apakah akan menurunkan atau menaikkan defisit tersebut. Termasuk juga melihat realisasi penerimaan perpajakan 2009.Pemerintah sangat mungkin menurunkan defisit, tapi tidak mungkin melebarkan defisit APBN 2009 sebesar dari targetnya 1%. "Persoalannya dari mana kita dapat, loan kita juga sangat terbatas, apalagi dari multilateral, maupun bilateral apalagi SUN. Kalau ada yang mau memberi pinjaman ya kita terima sehingga defisit kita lebarkan. Saya sendiri tidak keberatan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: