Defisit APBN 2023 Melebar, Begini Penjelasan Sri Mulyani



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 semakin melebar menjelang tutup tahun.

Kendati begitu, defisit tersebut masih jauh lebih rendah dari target yang telah ditetapkan pemerintah dalam APBN 2023 maupun dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, hingga 12 Desember 2023, APBN mencatatkan defisit sebesar Rp 35 triliun, atau setara 0,17% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).


Ia menyebut, nilai tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan target pemerintah sebesar 2,84% terhadap PDB. Defisit tersebut juga lebih rendah dari target yang tertuang dalam Perpres 75/2023 sebesar 2,27% terhadap PDB.

Baca Juga: Hingga Medio Desember 2023, Belanja Negara Baru Tersalurkan 84,5%

"Ini lebih rendah dari target defisit APBN awal. Ini suatu perkembangan yang sangat positif. Dengan defisit jauh lebih kecil, pembiayaan jadi lebih kecil," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Jumat (15/12).

Meski sudah mencatatkan defisit, Sri Mulyani bilang, keseimbangan primer Indonesia masih tercatat surplus Rp 378,6 triliun. Keseimbangan primer sendiri merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.

Seiring dengan kondisi tersebut, pembiayaan anggaran tercatat Rp 289,6 triliun, atau jauh lebih rendah dibandingkan target APBN 2023 sebesar Rp 598,2 triliun

Sebagai informasi, defisit APBN per 12 Desember ini disebabkan oleh realisasi belanja negara yang lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan negara. 

Baca Juga: APBN Mencatatkan Defisit Rp 35 Triliun Per 12 Desember 2023

Tercatat, realisasi pendapatan negara pada 12 Desember 2023 ini sebesar Rp 2.553,2 triliun atau 103,66% dari target APBN 2023 sebesar Rp 2.463 triliun.

Sedangkan, belanja negara per 12 Desember 2023 juga tercatat sebesar Rp 2.588,2 triliun atau telah mencapai 84,55% dari target APBN 2023 sebesar Rp 3.061,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi