Defisit APBN diproyeksi melebar, serapan lelang SUN bakal meningkat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan pendanaan oleh pemerintah di sisa 2020 diperkirakan cukup tinggi. Dengan kondisi ini, tren penyerapan lelang surat utang ke depan pun bakal terus meningkat.

Head of Investment Avrist AM Farash Farich memperkirakan serapan bakal mendekati target maksimal pemerintah yakni Rp 40 triliun. Sebagai informasi, pemerintah memperkirakan defisit APBN tahun ini sebesar 6,27% dari PDB, atau melebar dibandingkan perkiraan semula yakni 5,07%. Secara nominal, defisit APBN 2020 bakal melebar menjadi Rp 1.028,5 triliun dari proyeksi sebelumnya yang hanya Rp 852,9 triliun.

Adapun pada lelang Surat Utang Negara (SUN) Selasa (2/6) pemerintah menyerap sebanyak Rp 24,35 triliun atau sedikit di atas target indikatif yakni Rp 20 triliun. "Pemerintah masih perlu pendanaan lebih dari Rp 500 triliun hingga akhir tahun, dengan asumsi budget deficit sekitar 6% terhadap PDB. Sehingga, penyerapan tiap lelang akan terus naik ke depannya," kata Farash kepada Kontan.co.id, Selasa (2/6).


Baca Juga: Rupiah diproyeksikan akan bergerak terbatas pada perdagangan Rabu (3/6)

Dengan kebutuhan pendanaan yang tinggi, Farash memperkirakan pemerintah bakal menyerap Rp 30 triliun hingga Rp 35 triliun per lelang. Di samping itu, kebutuhan pendanaan juga akan didapat dari penerbitan global bond dan Obligasi Negara Ritel (ORI) atau sukuk ritel, hingga saving bond ritel (SBR).

Namun, peluang defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tidak menyentuh level 6% tetap ada. Syaratnya, jika recovery atau pemulihan akibat dampak sebaran virus corona atau Covid-19 lebih baik dari ekspektasi. 

Baca Juga: Yield turun di tengah tingginya penawaran pada lelang SUN

Pada lelang Selasa (2/6), penawaran masuk dari investor mencapai Rp 105,3 triliun. Kenaikan penawaran investor ini sebagian besar didukung sentimen global. Farash mengungkapkan, secara secara global terjadi perbaikan appetite investor terhadap aset berisiko. "Mungkin mulai ada impact carry (trade) yang diinvestasikan ke negara emerging yang yield-nya masih tinggi," tambah dia. 

Di samping itu, Farash menilai supply SBN yang cenderung rendah dalam sepekan terakhir dan pasca-Lebaran, mulai menunjukkan peningkatan permintaan. Itu termasuk adanya sedikit inflow asing pada lelang SUN kali ini. 

Farash memperkirakan yield SUN masih akan turun lagi mengingat posisi yield US Treasury, inflasi yang masih rendah, credit default swap (CDS) yang sudah turun, disertai ekspektasi rupiah ke depan yang mulai masuk normalisasi. Selain itu, Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) yang rendah, meskipun terkendala di risiko supply, diyakini mampu mampu mendorong penurunan yield.

"Ekspektasi tahun ini, yield untuk SBN tenor 10 tahun berada di rentang 7% hingga 7,7%," tandasnya.

Baca Juga: Likuiditas membaik, penawaran lelang SUN tembus Rp 105 triliun hari ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati