Defisit Gas PGN Makin Besar



JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menghadapi satu persoalan penting. Hingga 2015, perusahaan pelat merah ini masih mengalami defisit gas. Pasalnya, kebutuhan gas terus bertambah, melebihi penambahan pasokannya. Direktur Utama PGN Hendi Priyo Santoso menyatakan, tadinya mereka memperkirakan baru akan mengalami defisit tahun 2011. "Tapi karena seretnya pasokan, maju menjadi 2010," kata Hendi. Realisasi pasokan gas untuk PGN memang selalu di bawah volume kontrak. Pasokan dari PT Pertamina, misalnya, sejauh ini hanya mencapai 63% dari kontrak. Padahal, imbuh Hendi, kebutuhan gas domestik terus naik seiring pertumbuhan ekonomi. Permintaan gas juga meningkat karena industri dan pembangkit listrik mengganti bahan bakarnya dari minyak menjadi gas. Tahun ini, kebutuhan gas PGN mencapai 1.096,27 miliar British Thermal Unit per hari (BBTUD). Rinciannya, kebutuhan yang sudah ada kontraknya 968,98 BBTUD dan tambahan permintaan 127,29 BBTUD. Dari jumlah itu, 48,2% adalah jatah industri retail. Kendati pasokan gasnya masih seret, PGN berupaya meningkatkan pelayanan kepada konsumennya. Misalnya, membangun infrastruktur jaringan pipa distribusi dan transmisi gas bumi dari sumber pasokan gas ke pelanggan. Misalnya, pipa transmisi South Sumatera-West Java (SSWJ) serta pengembangan jaringan distribusi gas di tiga unit usaha, yakni Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur, dan Sumatera Bagian Utara. PGN juga akan mengembangkan moda transportasi gas selain jaringan pipa melalui pembangunan terminal penerima (receiving terminal) LNG di Medan dan Jawa Barat. PGN juga mengembangkan gas bertekanan tinggi alias compressed natural gas (CNG). Untuk terminal penerima LNG di Medan, PGN sudah memasuki proses pengadaan konsultan manajemen proyek. Adapun proyek CGN masih memasuki tender. Cuma, PGN belum meneken perjanjian jual beli dengan PT PLN yang akan menjadi pembeli gas dari terminal berkapasitas 1,5 juta -2 juta ton per tahun tersebut. Direktur Utama PLN Dahlan Iskan bercerita, PLN siap membeli gas itu US$ 8-US$ 9 per juta kaki kubik. "Itu tawaran PGN dan kami setuju," kata Dahlan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: