JAKARTA. Pertahanan mata uang garuda diuji di pekan ini. Rupiah bahkan berada di level terlemah selama setahun di Rp 9.585 per dollar AS pada Kamis (30/8). Untungnya, USD/IDR kembali turun di Rp 9.572 akhir pekan. Di pasar spot, rupiah melemah 0,57% di 9.572 per dollar AS dalam sepekan. Sedangkan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia USD/IDR melemah 0,68% di 9.560. Kebutuhan dollar AS yang meningkat di akhir bulan membuat rupiah terus tertekan. Kondisi tersebut diperparah dengan defisit neraca perdagangan Indonesia. Sentimen dari eksternal. Albertus Christian, Analis Monex Investindo Futures bilang, defisit neraca perdagangan ini adalah terburuk dalam tiga tahun terakhir. Akibatnya, hot money keluar pasar dari Indonesia. Penguatan rupiah yang terjadi di akhir pekan ini menurut Albert karena adanya aksi profit taking dari pelaku pasar. “Ada kebutuhan operasional eksportir membayar gaji dan lain-lain menggunakan rupiah sehingga mereka jual dollar AS saat rupiah melemah” ungkap dia. Selain itu, data manufaktur China yang membaik dari 49,3% ke 50,4% membuat pelaku pasar cenderung melepas dollar AS.
Defisit melemahkan pertahanan rupiah
JAKARTA. Pertahanan mata uang garuda diuji di pekan ini. Rupiah bahkan berada di level terlemah selama setahun di Rp 9.585 per dollar AS pada Kamis (30/8). Untungnya, USD/IDR kembali turun di Rp 9.572 akhir pekan. Di pasar spot, rupiah melemah 0,57% di 9.572 per dollar AS dalam sepekan. Sedangkan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia USD/IDR melemah 0,68% di 9.560. Kebutuhan dollar AS yang meningkat di akhir bulan membuat rupiah terus tertekan. Kondisi tersebut diperparah dengan defisit neraca perdagangan Indonesia. Sentimen dari eksternal. Albertus Christian, Analis Monex Investindo Futures bilang, defisit neraca perdagangan ini adalah terburuk dalam tiga tahun terakhir. Akibatnya, hot money keluar pasar dari Indonesia. Penguatan rupiah yang terjadi di akhir pekan ini menurut Albert karena adanya aksi profit taking dari pelaku pasar. “Ada kebutuhan operasional eksportir membayar gaji dan lain-lain menggunakan rupiah sehingga mereka jual dollar AS saat rupiah melemah” ungkap dia. Selain itu, data manufaktur China yang membaik dari 49,3% ke 50,4% membuat pelaku pasar cenderung melepas dollar AS.