Benar saja. Sesuai dengan perkiraan pasar, pada pertemuannya pekan lalu, bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan untuk yang kedelapan kalinya sejak 2015. The Fed pun kembali melempar sinyal, rangkaian kenaikan bunga acuan akan berlanjut akhir tahun ini bahkan hingga tahun depan. Pamor dollar AS pun semakin mencorong, dan ini akan memperpanjang tekanan bagi rupiah. Rasanya, untuk tahun ini semakin sulit bagi rupiah menguat ke posisi Rp 13.400 yang merupakan asumsi dasar ekonomi makro APBN 2018. Dus, pelemahan rupiah yang belakangan ini bermain di kisaran Rp 14.900 dan rentan menembus Rp 15.000 per dollar AS memberikan pukulan berat bagi fiskal kita. Apa lagi, pada saat sama harga minyak juga mendaki. Memanasnya perseteruan AS vs Iran -yang merupakan salah satu eksportir terbesar minyak di dunia, membuat harga minyak Brent pekan lalu menembus US$ 80 per barel. Kini sebagian pelaku pasar memprediksi, harga si emas hitam itu akan menembus US$ 100 tahun ini. Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) ikut terkerek. Agustus lalu, ICP mencapai US$ 69,36 per barel, jauh di atas asumsi APBN 2018 sebesar US$ 48 per barel.
Defisit minyak yang menghanguskan
Benar saja. Sesuai dengan perkiraan pasar, pada pertemuannya pekan lalu, bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan untuk yang kedelapan kalinya sejak 2015. The Fed pun kembali melempar sinyal, rangkaian kenaikan bunga acuan akan berlanjut akhir tahun ini bahkan hingga tahun depan. Pamor dollar AS pun semakin mencorong, dan ini akan memperpanjang tekanan bagi rupiah. Rasanya, untuk tahun ini semakin sulit bagi rupiah menguat ke posisi Rp 13.400 yang merupakan asumsi dasar ekonomi makro APBN 2018. Dus, pelemahan rupiah yang belakangan ini bermain di kisaran Rp 14.900 dan rentan menembus Rp 15.000 per dollar AS memberikan pukulan berat bagi fiskal kita. Apa lagi, pada saat sama harga minyak juga mendaki. Memanasnya perseteruan AS vs Iran -yang merupakan salah satu eksportir terbesar minyak di dunia, membuat harga minyak Brent pekan lalu menembus US$ 80 per barel. Kini sebagian pelaku pasar memprediksi, harga si emas hitam itu akan menembus US$ 100 tahun ini. Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) ikut terkerek. Agustus lalu, ICP mencapai US$ 69,36 per barel, jauh di atas asumsi APBN 2018 sebesar US$ 48 per barel.