JAKARTA. Kontrak non deliverable forward (NDF) rupiah menguat untuk hari keempat. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.31, kontrak NDF rupiah menguat 0,2% menjadi 9.784 per dollar AS. Meski demikian, level tersebut lebih lemah 0,2% dari posisi rupiah di pasar spot yang melemah 0,3% menjadi 9.765 per dollar AS. Penguatan kontrak NDF rupiah terjadi setelah data menunjukkan penurunan defisit neraca perdagangan Indonesia untuk bilan yang kedua. Asal tahu saja, defisit neraca perdagangan bulan Desember berada di posisi US$ 155 juta. Angka tersebut jauh lebih rendah dari defisit November yang mencapai US$ 618 juta dan prediksi ekonom yang disurvei Bloomberg yang mematok angka US$ 400 juta. "Selama neraca perdagangan terus membaik, sentimen pasar juga akan positif. Selain itu, Bank Indonesia juga menunjukkan upaya kuat untuk menjamin lebih banyak likuiditas dollar di pasar onshore dan menjaga volatilitas rupiah," urai Gundy Cahyadi, ekonom Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Defisit neraca menurun, kontrak NDF rupiah bangkit
JAKARTA. Kontrak non deliverable forward (NDF) rupiah menguat untuk hari keempat. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.31, kontrak NDF rupiah menguat 0,2% menjadi 9.784 per dollar AS. Meski demikian, level tersebut lebih lemah 0,2% dari posisi rupiah di pasar spot yang melemah 0,3% menjadi 9.765 per dollar AS. Penguatan kontrak NDF rupiah terjadi setelah data menunjukkan penurunan defisit neraca perdagangan Indonesia untuk bilan yang kedua. Asal tahu saja, defisit neraca perdagangan bulan Desember berada di posisi US$ 155 juta. Angka tersebut jauh lebih rendah dari defisit November yang mencapai US$ 618 juta dan prediksi ekonom yang disurvei Bloomberg yang mematok angka US$ 400 juta. "Selama neraca perdagangan terus membaik, sentimen pasar juga akan positif. Selain itu, Bank Indonesia juga menunjukkan upaya kuat untuk menjamin lebih banyak likuiditas dollar di pasar onshore dan menjaga volatilitas rupiah," urai Gundy Cahyadi, ekonom Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News