Defisit Neraca Pembayaran Indonesia Diperkirakan Berlangsung hingga Kuartal IV



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV 2023 diperkirakan masih berlanjut defisit, hingga kuartal IV 2023. Akan tetapi, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan  kuartal III 2023.

Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) melaporkan, defisit NPI di kuartal III-2023 sebesar US$ 1,5 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 7,4 miliar.

Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan, terdapat berapa faktor yang akan memengaruhi posisi NPI pada kuartal IV 2023.


Di antaranya, tren kenaikan harga minyak dunia di akhir tahun, normalisasi harga komoditas ekspor utama Indonesia, dan berlanjutnya outflows akibat ketidakpastian yang masih tinggi di global.

Baca Juga: Indo Primer Sekuritas Sebut FDI Dalam Tren Penurunan

“Sementara itu, untuk transaksi berjalan kuartal IV 2023 berpeluang melanjutkan kinerja positif dan mencatat surplus yang lebih tinggi dibandingkan kuartal III 2023,” tutur Banjaran kepada Kontan.co.id, Selasa (21/11).

Faktor yang memengaruhinya adalah, selain masih rendahnya impor non-migas, sektor pariwisata juga akan menjadi stimulus, seiring proyeksi kenaikan wisatawan mancanegara sebagai dampak positif dari penyelenggaraan event internasional, seperti piala dunia U-17 dan juga pola musiman libur akhir tahun.

Di sisi lain, Ia juga memperkirakan, neraca pendapatan primer pada kuartal IV 2023 berpotensi tetap defisit, meski berpotensi lebih rendah dari kuartal III. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh pembayaran imbal hasil investasi kepada investor asing yang menurun akibat outflows yang diperkirakan masih berlanjut di tengah suku bunga yang masih tinggi.

Sementara itu, transaksi modal dan finansial juga diprakirakan akan defisit lebih dalam dibandingkan kuartal III 2023 yang tercatat US$ 0,3 miliar atau setara 0,1% PDB.

Baca Juga: Tolak Kenaikan UMP di Bawah 15%, Buruh Ancam Mogok Kerja Lumpuhkan 100.000 Pabrik

Ini akan didorong oleh turunnya investasi langsung sejalan dengan peningkatan ketidakpastian menjelang pemilu sehingga investor bersikap wait and see.

“Investasi portofolio juga diprakirakan defisit lebih dalam sejalan dengan potensi outflows yang berlanjut,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi