Defisit neraca pembayaran menekan rupiah



JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus melemah seiring dengan merosotnya nilai tukar di kawasan. Selain faktor eksternal, pelemahan nilai tukar juga terjadi akibat defisit neraca pembayaran kita.

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada akhir pekan lalu, rupiah ada di posisi Rp 9.560 per dollar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar itu melemah ketimbang awal pekan lalu yang ada di level Rp 9.515 per dollar AS.

Gubernur BI, Darmin Nasution mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini akibat tren pergerakan nilai tukar dollar AS yang cenderung menguat.


Pelemahan nilai tukar juga dialami oleh nilai tukar negara-negara lain di dunia. "Di luar itu, memang kami melihat fundamental ekonomi kita itu ada sedikit pelemahan," ujarnya, akhir pekan lalu.

Melemahnya nilai tukar rupiah itu salah satunya disebabkan adanya defisit pada neraca pembayaran Indonesia (NPI). BI mencatat, hingga kuartal II 2012, NPI defisit sebesar US$ 2,8 miliar. Ini terjadi akibat defisit transaksi berjalan yang terus membesar, terutama karena defisit perdagangan. Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial tak mampu mengompensasi defisit ini.

Defisit NPI yang terus melebar membuat cadangan devisa menyusut dan nilai tukar tergerus. Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistyaningsih berpendapat, jika defisit NPI berlanjut maka cadangan devisa bakal semakin tergerus. "Akibatnya, nilai tukar akan semakin melemah," katanya, Minggu (2/9).

Bila defisit NPI, khususnya defisit neraca perdagangan tak melebar, Lana memperkirakan rupiah masih bisa bertahan di level Rp 9.400 per dollar AS sampai akhir tahun. Tapi, jika defisit NPI terus memburuk, ia memprediksi rupiah bisa melorot ke kisaran Rp 9.800 di akhir tahun.

Dari sisi eksternal, Lana bilang pergerakan nilai tukar rupiah akan dipengaruhi oleh kebijakan quantitative easing (QE) ketiga di Amerika Serikat. Jika QE ketiga tidak jadi diberikan, rupiah bisa terus melemah.

Darmin sendiri berjanji akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: