KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski ditutup menguat ke level Rp 13.776 per dollar Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu, tekanan terhadap rupiah belum berakhir. Kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve dan data ketenagakerjaan AS yang solid masih membayangi pergerakan rupiah, Senin (12/3). Sementara, analis Global Kapital Investama Berjangka Nizar Hilmy, menyebut, ketegangan pasar seputar kebijakan impor AS sudah mulai mereda. Selain itu, sentimen positif juga berpotensi datang dari keinginan Korea Utara untuk mendiskusikan denuklirisasi dengan AS. "Ini bagus untuk pasar Asia, termasuk juga rupiah," kata Nizar, (9/3). Namun, selain faktor eksternal, Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail, berpendapat rupiah juga masih terbeban secara fundamental. Antara lain, neraca perdagangan Indonesia yang mencatat defisit selama dua bulan berturut-turut.
Defisit neraca perdagangan turut membebani langkah rupiah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski ditutup menguat ke level Rp 13.776 per dollar Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu, tekanan terhadap rupiah belum berakhir. Kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve dan data ketenagakerjaan AS yang solid masih membayangi pergerakan rupiah, Senin (12/3). Sementara, analis Global Kapital Investama Berjangka Nizar Hilmy, menyebut, ketegangan pasar seputar kebijakan impor AS sudah mulai mereda. Selain itu, sentimen positif juga berpotensi datang dari keinginan Korea Utara untuk mendiskusikan denuklirisasi dengan AS. "Ini bagus untuk pasar Asia, termasuk juga rupiah," kata Nizar, (9/3). Namun, selain faktor eksternal, Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail, berpendapat rupiah juga masih terbeban secara fundamental. Antara lain, neraca perdagangan Indonesia yang mencatat defisit selama dua bulan berturut-turut.