Defisit Neraca Transaksi Berjalan Berpeluang Melebar di Kuartal II 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) diperkirakan melebar pada kuartal II 2024.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang mengungkapkan, defisit neraca transaksi berjalan akan mencapai US$ 1 miliar hingga US$ 4 miliar pada kuartal II 2024.

Perkiraan tersebut meningkat dari defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal I 2024 yang mencapai US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari PDB.


“Faktor yang mempengaruhi masih dari pelemahan permintaan hasil ekspor yang menyebabkan surplus ekspor turun di tengah kenaikan impor migas,” tutur Ana sapaan akrab Hosianna kepada Kontan, Selasa (16/7).

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Menyempit, Waspadai Risiko Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan

Ana juga memperkirakan, defisit neraca transaksi berjalan berpotensi terus melebar hingga akhir tahun jika nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, dan harga minyak global tetap di atas US$ 80 per barel.

Pada akhir 2024, Ana memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan mencapai 0,8% hingga 1% dari produk domestik bruto (PDB).

Sementara itu, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan mencapai 0,6% dari PDB pada kuartal II 2024.

Ia membeberkan, neraca transaksi berjalan masih mengalami defisit sejalan dengan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang relatif menurun sejak April hingga Juni 2024.

Baca Juga: Penguatan Rupiah Masih Dibayangi Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed

“Kalau kita lihat juga kondisi dari pembayaran untuk bunga utang, dividen cukup tinggi di kuartal II, dan ini akan mengakibatkan cost primary income kita jadi defisit,” ungkapnya.

Ia melihat tren melebarnya defisit neraca transaksi berjalan ini akan berlangsung hingga kuartal III 2024, namun akan berlangsung membaik pada kuartal IV 2024.

“Di kuartal IV akan membaik karena kita lihat dari sisi primary income defisitnya akan menurun tak setinggi kuartal II dan III,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi