Defisit Neraca Transaksi Berjalan Diperkirakan Capai 0,61% dari PDB pada Kuartal I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca transaksi berjalan atau current account Indonesia diperkirakan akan mengalami defisit pada kuartal I 2024.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyampaikan, neraca transaksi berjalan akan mengalami defisit pada kuartal I 2024 karena melemahnya impor seiring dengan harga komoditas yang masih tertekan, meskipun pada kuartal tersebut impor meningkat karena ada Idul Fitri dan Pemilu.

“Di sisi lain pembayaran keluar negeri (imbal hasil, dividen, dan lainnya) juga banyak dilakukan di kuartal pertama ini,” tutur David kepada Kontan, Selasa (23/4).


Ia memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan sebesar 0,61% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: Surplus Neraca Dagang RI Meningkat Pada Maret 2024, BI: Menopang Ketahanan Eskternal

Meski begitu, David melihat ada peluang neraca transaksi berjalan akan berhaluan menjadi surplus pada kuartal II 2024, dengan syarat harga komoditas global kembali pulih dan meningkat.

Ia menambahkan, kinerja ekspor ke depannya harus didorong jika ada perbaikan harga komoditas. Meski begitu, Pemerintah perlu tetap waspada jika terjadi kenaikan harga minyak karena akan mempengaruhi kinerja impor, sehingga neraca perdagangan mungkin masih surplus meski tidak setinggi sebelumnya.

“Transaksi berjalan di kuartal II 2024 kalau pemulihan harga komoditas terus berjalan juga bisa surplus tipis,” ungkapnya.

Untuk diketahui, secara kumulatif, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan pada Januari hingga Maret 2024 mencapai US$ 7,31 triliun. Nilai ini turun 65,66% dibanding periode yang sama tahun 2023 US$ 12,11 miliar.

Baca Juga: Asing Tinggalkan Pasar Indonesia, Khawatirkan Suku Bunga Tinggi dan Risiko Perang

Adapun kinerja ekspor sepanjang periode tersebut mencapai US$ 62,20 miliar atau turun 7,25% dibanding periode yang sama tahun 2023 US$ 67,06 miliar. Sedangkan impor mencapai US$ 54,89 miliar, turun 0,10% dibandingkan periode sama tahun 2023 sebesar US$ 54,95 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi