KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Defisit perdagangan Amerika Serikat melonjak pada Mei dan ketegangan perdagangan AS-China menyebabkan aktivitas di sektor jasa pada Juni melemah ke level terendah dalam dua tahun. Ini menjadi pertanda perlambatan ekonomi pada kuartal II-2019. Data Departemen Perdagangan AS menyebut, defisit perdagangan Mei naik 8,4% menjadi US$ 55,5 miliar karena lonjakan impor yang melebihi peningkatan ekspor. Angka defisit perdagangan ini di atas konsensus para ekonom yang disurvei Reuters yang memperkirakan defisit perdagangan sebesar US$ 5,4 miliar pada Mei.
Defisit perdagangan barang dengan China meningkat 12,2% menjadi US$ 39,2 miliar. Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor tambahan untuk barang-barang China setelah kegagalan negosiasi dan mendorong China untuk melakukan pembalasan. Impor pada Mei meningkat 4% menjadi US$ 217 miliar. Sedangkan ekspor barang naik 2,8% menjadi US$ 140,8 miliar. Kenaikan ekspor terjadi di seluruh sektor, termasuk pesawat penumpang meski Boeing pada Maret lalu menangguhkan pengiriman pesawat MAX 737 yang paling laris. Mengutip Reuters Rabu (3/6), outlook pelemahan ekonomi juga digarisbawahi oleh data lain yang dirilis Rabu ini yang menunjukkan penambahan jumlah pekerjaan lebih rendah dari perkiraan. Pesanan baru untuk barang-barang manufaktur pada Mei juga turun dalam dua bulan berturut-turut. Laporan tersebut mengikuti data investasi perumahan dan bisnis yang melemah baru-baru ini serta belanja konsumen yang moderat. Kepercayaan pebisnis dan konsumen telah menurun. Perlambatan dalam kegiatan ekonomi ini dapat mendorong Federal Reserve untuk memangkas suku bunga bulan ini. Bank sentral AS bulan lalu mengisyaratkan akan melonggarkan kebijakan moneter pada pertemuan yang akan digelar 30 Juli-31 Juli, menyusul meningkatnya risiko terhadap ekonomi dari perang dagang AS-China dan inflasi yang rendah. Dana Moneter Internasional (IMF) telah menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi global karena berkurangnya arus perdagangan sebagai akibat dari ketegangan perdagangan. "Orang-orang mempertanyakan berapa lama Washington akan terus mengklaim bahwa mereka membantu ekonomi AS," kata Chris Rupkey, kepala ekonomi MUFG New York. "Salah satu faktor di balik kejatuhan ekonomi dan depresi hebat adalah proteksionisme dan perang dagang, dan itu akan menjadi keajaiban jika ekonomi dunia dapat menghindari penurunan lain kali ini."