KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga kuartal II transaksi berjalan Indonesia masih tercatat defisit sebesar 3% dari total produk domestik bruto (PDB) atau sebesar US$ 8 miliar. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kuartal I 2018 sebesar 2,2% atau sebesar US$ 5,7 miliar. Alhasil, kondisi ini menimbulkan kekawatiran tersendiri bagi para investor asing yang menanamkan uang mereka di Indonesia. Benar saja, jika melihat data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di RTI, net sell asing tercatat cukup besar mencapai Rp 52,64 triliun secara year to date (ytd). Melihat kondisi ini, Hans Kwee, Direktur Investa Saran MandirI mengatakan, defisit transaksi berjalan ini menjadi salah satu sentimen negatif yang mendara pasar dalam negeri. Pun, ini menjadi tekanan sendiri bagi pemerintah karena harus menutupnya dengan direct invesment serta portfolio.
Defisit transaksi berjalan bisa jadi momentum buy on weakness
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga kuartal II transaksi berjalan Indonesia masih tercatat defisit sebesar 3% dari total produk domestik bruto (PDB) atau sebesar US$ 8 miliar. Angka tersebut mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan kuartal I 2018 sebesar 2,2% atau sebesar US$ 5,7 miliar. Alhasil, kondisi ini menimbulkan kekawatiran tersendiri bagi para investor asing yang menanamkan uang mereka di Indonesia. Benar saja, jika melihat data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di RTI, net sell asing tercatat cukup besar mencapai Rp 52,64 triliun secara year to date (ytd). Melihat kondisi ini, Hans Kwee, Direktur Investa Saran MandirI mengatakan, defisit transaksi berjalan ini menjadi salah satu sentimen negatif yang mendara pasar dalam negeri. Pun, ini menjadi tekanan sendiri bagi pemerintah karena harus menutupnya dengan direct invesment serta portfolio.