KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kepala Ekonom BCA David Sumual memprediksi, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) mencapai 0,9% dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II-2024. Perkiraan tersebut melebar dari defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal I-2024 yang sebesar US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari PDB. Ia mengungkapkan, meskipun neraca perdagangan pada kuartal II-2024 sebesar US$ 8,01 miliar, lebih tinggi bila dibandingkan dengan kuartal I 2024 US$ 7,3 miliar, namun terdapat faktor lain yang menyebabkan defisit neraca transaksi berjalan berpotensi melebar.
“Ada faktor musiman di kuartal II 2024 yakni repatriasi dividen, lalu juga musim haji, ditambah harga minyak yang relatif lebih tinggi dari kuartal I, yang artinya jasa kemungkinan semakin defisit karena harga shipping meningkat,” tutur David kepada Kontan, Selasa (16/7). Masalahnya, lanjut David, melebarnya defisit neraca transaksi berjalan tersebut lantaran repatriasi dividen, dan biaya musim haji, serta harga minyak relatif lebih tinggi pada kuartal II 2024. Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan Berpotensi Melebar Pada Kuartal II 2024 Sementara itu, Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memperkirakan defisit neraca transaksi berjalan akan mencapai 0,6% dari PDB pada kuartal II 2024. Ia membeberkan, neraca transaksi berjalan masih mengalami defisit sejalan dengan kondisi neraca perdagangan Indonesia yang relatif menurun sejak April hingga Juni 2024.