Defisit Transaksi Berjalan Diproyeksi Melebar, Ini Pemicunya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis, defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2024 akan tetap rendah. Penopangnya, surplus neraca perdagangan RI berlanjut.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Mei mencetak surplus US$ 2,93 miliar, lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya US$ 2,72 miliar. Dengan demikian, total surplus neraca dagang April dan Mei US$ 5,56 miliar.

"Sementara itu, aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio pada kuartal II 2024 atau hingga 14 Juni 2024, mencatatkan net inflows sebesar US$ 4 miliar dolar, di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (20/6) lalu.


Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Capai US$ 2,95 Miliar pada Mei 2024, Tren Positif 49 Bulan

Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Mei 2024 juga meningkat menjadi sebesar US$ 139,0 miliar, setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2024 diperkirakan terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai 0,9% dari PDB (produk domestik bruto)," ungkap Perry.

Tapi, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, defisit neraca transaksi berjalan akan mencapai 1,15% dari PDB pada kuartal kedua tahun ini, melebar dari kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 2,2 miliar atau 0,6% dari PDB.

"Pelebaran defisit terutama disebabkan oleh faktor musiman, yaitu setiap kuartal kedua setiap tahunnya terjadi peningkatan pembayaran imbal hasil atau return dari instrumen keuangan domestik kepada non-resident," kata Josua, Jumat (21/6).

Baca Juga: Menko Airlangga: Ekonomi Global Melambat, Kinerja Ekspor Indonesia Tetap Baik

Di sisi lain, ia melihat, transaksi modal dan finansial juga berpotensi defisit sejalan dengan arus modal asing yang keluar cukup signifikan pada pasar saham dan pasar surat berharga negara (SBN).

"Meski demikian, pada Juni 2024 sudah ada perbaikan pada pasar SBN. Kebijakan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) oleh BI juga masih bisa membantu pencatatan inflow, sehingga dapat menjaga NPI pada kuartal kedua 2024," tambah Josua.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang juga meramal, current account deficit (CAD) melebar pada kuartal II 2024. Sebab, "Kecenderungannya, surplus perdagangan di kuartal dua 2024 lebih kecil atau tidak jauh berbeda dari surplus di kuartal satu," sebutnya.

Baca Juga: Devisa Hasil Ekspor dan Surplus Neraca Dagang Jadi Penopang Cadangan Devisa Mei 2024

Dia juga memperkirakan, NPI berpotensi defisit sekitar US$ 2 miliar hingga US$ 3 miliar pada kuartal kedua. "Ini dipengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan migas sejalan penurunan harga komoditas ekspor unggulan, serta outflow di sisi portofolio investment," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli