JAKARTA. Defisit transaksi berjalan kemungkinan masih akan berlanjut hingga tahun depan, meskipun nilainya diperkirakan akan terus menurun."Saya kira masih bisa (berlanjut) hingga tahun depan, tapi akan terus menurun," kata Menteri Keuangan Chatib Basri, Jumat (30/8/2013). Chatib menilai penyelesaian masalah ini bukanlah perkara gampang dan cepat. Sebab, masalah defisit selisih antara perdagangan ekspor dan impor ditambah selisih perdagangan jasa ini sudah berlangsung selama 7 kuartal berturut-turut. Artinya, defisit ini sudah berjalan hampir 2 tahun. "Jadi yang kita bisa lakukan paling realistis tahap pertama adalah pertumbuhannya melambat. Sehingga defisitnya bisa melambat, pelan-pelan itu baru bisa diatasi," jelasnya.Oleh karena itu, pemerintah membuat segala paket kebijakan, baik untuk kebijakan yang akan berimbas dalam jangka pendek maupun kebijakan yang berimbas dalam jangka panjang.Chatib mencontohkan kebijakan memproduksi bahan baku dan bahan modal bisa dilakukan di dalam negeri. "Sehingga impornya akan berkurang," jelasnya.Menurutnya, memang dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan selalu diimbangi dengan impor barang modal dan bahan baku yang tinggi. Namun dengan defisit dan dollar AS yang menguat, impor akan sedikit tertekan dan hal ini dianggap bagus."Jadi solusinya adalah bahan baku dan barang modalnya harus dibuat di sini. Nah, dia kalau harus mulai dibikin di sini, itu Anda harus bikin pabriknya, kalau orang mau bikin pabriknya, harus dikasih insentif. Tapi kan bikin pabrik cukup lama. Jadi kita harus realistis menaruh itu dalam jangka menengah panjang," jelas Chatib. Kompas.comCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Defisit transaksi berjalan sampai tahun depan
JAKARTA. Defisit transaksi berjalan kemungkinan masih akan berlanjut hingga tahun depan, meskipun nilainya diperkirakan akan terus menurun."Saya kira masih bisa (berlanjut) hingga tahun depan, tapi akan terus menurun," kata Menteri Keuangan Chatib Basri, Jumat (30/8/2013). Chatib menilai penyelesaian masalah ini bukanlah perkara gampang dan cepat. Sebab, masalah defisit selisih antara perdagangan ekspor dan impor ditambah selisih perdagangan jasa ini sudah berlangsung selama 7 kuartal berturut-turut. Artinya, defisit ini sudah berjalan hampir 2 tahun. "Jadi yang kita bisa lakukan paling realistis tahap pertama adalah pertumbuhannya melambat. Sehingga defisitnya bisa melambat, pelan-pelan itu baru bisa diatasi," jelasnya.Oleh karena itu, pemerintah membuat segala paket kebijakan, baik untuk kebijakan yang akan berimbas dalam jangka pendek maupun kebijakan yang berimbas dalam jangka panjang.Chatib mencontohkan kebijakan memproduksi bahan baku dan bahan modal bisa dilakukan di dalam negeri. "Sehingga impornya akan berkurang," jelasnya.Menurutnya, memang dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan selalu diimbangi dengan impor barang modal dan bahan baku yang tinggi. Namun dengan defisit dan dollar AS yang menguat, impor akan sedikit tertekan dan hal ini dianggap bagus."Jadi solusinya adalah bahan baku dan barang modalnya harus dibuat di sini. Nah, dia kalau harus mulai dibikin di sini, itu Anda harus bikin pabriknya, kalau orang mau bikin pabriknya, harus dikasih insentif. Tapi kan bikin pabrik cukup lama. Jadi kita harus realistis menaruh itu dalam jangka menengah panjang," jelas Chatib. Kompas.comCek Berita dan Artikel yang lain di Google News