KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatatkan deflasi dalam lima bulan beruntun atau sejak Mei hingga September 2024. Pada September 2024, deflasi tercatat sebesar
0,12% secara bulanan atau month to month (mtm). Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung tidak melihat adanya tanda-tanda buruk terhadap perekonomian dari deflasi beruntun tersebut.
Baca Juga: Masalah Ekonomi Indonesia Sangat Kompleks, Ekonom: Solusinya Ciptakan Lapangan Kerja Juda bilang, inflasi saat ini masih berada dalam kisaran target sasaran BI yakni sebesar 2,5% plus minus 1%. “Masih dalam
range Bank Indonesia 2,5% plus minus 1%. Jadi masih di dalam
range target. Kami tidak melihat itu sebuah pelemahan yang berlebihan dari perekonomian,” tutur Juda kepada awak media, Selasa (2/20). Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan, inflasi yang masih terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
Baca Juga: Sinyal Krisis Ekonomi “Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025,” ungkap Denny. Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, faktor utama penyebab deflasi secara beruntun ini karena adanya penurunan harga, baik dari sisi penawaran maupun dari sisi pasokan. “Andil deflasi utamanya disumbang penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan, hortikultura, terutama yang memberikan andil cabai merah rawit dan tomat Kemudian ada yang turun daun bawang kentang dan wortel,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Senin (1/10). Di samping itu, harga dari produk peternakan ayam seperti daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami penurunan dari sebelumnya meningkat.
Baca Juga: Deflasi Lima Bulan Beruntun, Airlangga Bantah Daya Beli Masyarakat Lesu Amalia menambahkan, harga pangan yang turun juga disebabkan dari adanya penurunan harga biaya produksi. Hasil panen dari komoditas pangan seperti cabai rawit dan cabai merah juga melimpah sehingga harga dari komoditas tersebut cenderung stabil dan turun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto