Deflasi April belum tentu untungkan konsumen



Jakarta. Indeks harga konsumen (IHK) April 2016 yang mengalami deflasi 0,45% belum tentu menguntungkan masyarakat. Sebab, pada periode itu masih ada inflasi, yakni inflasi inti sebesar 0,15%.

Memang, inflasi inti tercatat menurun sejak Februari 2016 lalu. Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi inti Februari sebesar 0,31% dan menurun pada Maret menjadi 0,21% hingga April.

Penurunan inflasi inti tersebut juga tidak sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) melalui pemangkasan BI rate dengan total sebesar 75 basis points (bps) sejak awal tahun.


Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, ada kemungkinan penurunan inflasi inti tersebut lantaran penurunan volume permintaan terhadap barang-barang nonbahan makanan. Menurut Lana, berdasarkan tren penjualan ritel nonmakanan memang terjadi pelemahan.

"Ada faktor menurunnya penjualan yang tecermin dari volume pembelian masyarakat," kata Lana, Senin (2/5). Meski demikian, Lana juga membuka peluang bahwa penurunan inflasi inti tersebut terkompensasi dari penguatan nilai tukar rupiah sejak awal tahun.

Ekonom Maybank Juniman mengatakan, rendahnya inflasi inti tersebut karena permintaan konsumsi masyarakat belum terlalu kuat. "Konsumen masih wait and see untuk meningkatkan permintaan mereka," katanya.

Menurut Juniman, permintaan masyarakat baru akan meningkat pada bulan ini untuk mempersiapkan kebutuhan menjelang musim puasa dan lebaran. Juniman juga memperkirakan permintaan masyarakat baru meningkat setelah pemerintah meningkatkan batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) pada Juni nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto